METANOIAC.id Aliansi Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang melakukan aksi menanggapi problematik dan disorientasi pendidikan Indonesia hingga kebijakan sektoral kampus hitam, di depan Gedung Direktorat Kampus 1 Politeknik Negeri Ujung Pandang, setelah forum audiensi akbar ditolak, Rabu (19/02).
Persiapan aksi ini dilakukan di depan gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang (PKM PNUP) pada pukul 13.44 WITA kemudian berjalan ke kantin untuk mengumpulkan massa yang ingin ikut serta dalam aksi ini.
Dalam mengumpulkan massa, Sahid selaku Koordinator Lapangan (Korlap) melakukan orasi di kantin dengan menyuarakan berbagai tuntutan, antara lain:
- Mendesak pimpinan kampus untuk menerapkan mekanisme penggolongan UKT yang sesuai dengan kondisi ekonomi mahasiswa secara transparan dan adil, melihat kebijakan UKT angkatan 2024 yang dinilai tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya.
- Menuntut perbaikan sarana dan prasarana kampus yang layak, terutama fasilitas yang berdampak langsung pada kegiatan belajar mengajar. Gedung PKM yang bocor, toilet yang tidak layak, serta ruang kelas yang sering kotor dan panas harus menjadi prioritas utama dibandingkan renovasi fasilitas yang tidak mendesak, seperti toilet mewah di gedung administrasi dan pengecatan ulang gedung.
- Mendesak pimpinan kampus untuk meningkatkan sistem keamanan kampus yang lebih efektif dan bertanggung jawab, mengingat banyaknya kasus pencurian yang merugikan mahasiswa secara individu maupun organisasi. Kasus pencurian helm yang sering terjadi serta kehilangan barang berharga di fasilitas Ormawa, menunjukkan lemahnya pengawasan keamanan. Mahasiswa membutuhkan solusi nyata, bukan sekadar janji peninjauan dari birokrat yang tidak pernah direalisasikan. Pihak kampus harus segera mengambil tindakan konkret untuk memastikan lingkungan yang aman bagi seluruh mahasiswa.
- Menuntut revisi kebijakan kompensasi yang lebih adil dan tidak membebani mahasiswa secara berlebihan, mengingat sistem yang ada saat ini dinilai tidak memiliki aturan yang jelas dan cenderung dimanfaatkan untuk menghukum mahasiswa secara tidak proporsional. Sistem ini malah membebani mahasiswa hingga lebih dari seratus jam, yang bertentangan dengan prinsip akademik yang seharusnya membantu mahasiswa belajar. Mahasiswa menentang kebijakan tersebut dan berharap sistem kompensasi dihapus karena melanggar etika akademik.
Massa yang sudah bergabung kemudian menuju ke depan gedung direktorat dengan membawa beberapa spanduk yang salah satunya bertuliskan “UKT Mencekik, Pray For Mahasiswa 24”. Dalam orasi yang disampaikan, mereka menuntut transparansi kebijakan kampus serta menolak berbagai kebijakan yang menurut mereka tidak adil.
“BEM dari bulan 12 menghadirkan forum audiensi, cara yang baik ditolak maka hanya ada satu kata yaitu LAWAN“, tegas Sahid dalam orasinya.
Setelah beberapa waktu melakukan orasi dan menyampaikan tuntutan-tuntutannya, massa meminta agar salah satu pimpinan untuk turun menemui mereka dan menuntut melakukan forum audiensi mengenai keresahan-keresahan yang dirasakan oleh mahasiswa. Namun, pihak keamanan mengatakan bahwa direktur tidak berada di dalam gedung dan sedang melakukan dinas.
“Audiensi akbar tidak ada balasan, hari ini pimpinan harus siap mengiyakan” tegas Sahid.
Tidak adanya respon dari pimpinan membuat massa melakukan kericuhan dengan membakar ban di depan gedung direktorat.
Meskipun kawanan massa membakar ban dan melakukan protes di depan gedung direktorat, tidak satupun pimpinan yang keluar menemui para massa. Akibatnya, massa menerobos masuk ke dalam gedung direktorat untuk memastikan keberadaan direktur dan melakukan forum audiensi.
Setelah ketegangan berlangsung di depan ruangan direktur pada pukul 15.04 WITA, direktur akhirnya keluar dari ruangannya untuk menemui massa. “Saya akan menjawab, silahkan bertanya, kita dimana saja, anggap ini forum” ucap Direktur PNUP, Dr. Jamal, S.T .,M.T.