METANOIAC.id – Pernah merasa capek tapi belum apa-apa? Baru semester empat, tapi rasanya kepala sudah penuh. CV masih kosong, tapi grup WA magang udah bikin stres. Di tengah tuntutan “harus sukses sejak dini”, ada satu tren yang muncul dari generasi muda: berhenti sejenak, bukan menyerah.
Namanya micro-retirement dan jangan bayangkan kamu harus tua dan pensiun dulu. Justru sebaliknya, konsep ini datang dari Gen Z dan Milenial yang memutuskan mengambil jeda di tengah karier, kuliah, atau bahkan antara semester. Bukan untuk berleha-leha, tapi untuk healing, mengejar passion, atau sekadar ngasih waktu buat mikir ulang: “Aku sebenarnya mau ke mana, sih?”
Menurut artikel dari The Guardian dan Vogue Arabia, micro-retirement bukanlah pelarian, tapi strategi. Tanya Quadros, seorang arsitek asal India, mengambil cuti 10 bulan dari pekerjaannya demi belajar pertanian. Divya Singh, desainer yang banting setir ke aktivisme iklim. Mereka berhenti, bukan karena gagal, tapi karena ingin menyusun ulang hidupnya.
Buat mahasiswa, mungkin bentuknya bukan langsung cuti kuliah. Tapi bisa jadi dengan jeda organisasi, ambil semester ringan, atau gap seminggu dari sosial media. Intinya: kasih ruang untuk diri sendiri berpikir ulang soal arah hidup—tanpa merasa bersalah.
Ternyata, jeda itu bukan kemunduran. Justru dari sana, banyak yang akhirnya menemukan arah baru atau semangat yang dulu sempat hilang. Ini bukan tentang jadi anti-ambisi, tapi belajar bahwa ambisi pun butuh istirahat.
Dilansir dari Empower Yourself with Alison, burnout di usia muda jadi isu serius. Generasi Z dikenal lebih vokal soal kesehatan mental. Mereka tahu: kalau dipaksakan terus, produktivitas bisa berubah jadi beban. Maka lahirlah micro-retirement—versi “cuti pribadi” yang bisa kamu rancang sendiri.
Tentu, ada tantangan. Tidak semua orang punya privilege untuk benar-benar berhenti dari pekerjaan. Tapi micro-retirement tidak harus selalu besar. Bisa seminggu tanpa jadwal padat. Bisa juga bentuknya staycation, atau nyoba hal di luar rutinitas seperti kelas seni, hiking, atau bahkan tidur cukup.
Dalam dunia yang terus mengejar, diam kadang jadi bentuk perlawanan paling radikal. Generasi kita mulai sadar: hidup bukan perlombaan. Kadang, berhenti adalah cara untuk benar-benar sampai.
Jadi kalau kamu merasa lelah, bingung arah, atau cuma butuh ruang napas—mungkin saatnya mempertimbangkan micro-retirement versimu sendiri. Bukan untuk lari, tapi untuk kembali dengan versi diri yang lebih utuh. [MAP/417]
Referensi:
- https://www.linkedin.com/pulse/rise-micro-retirement-why-gen-z-millennials-redefining-c49ke
- https://www.theguardian.com/money/2025/feb/24/micro-retirement-has-gen-z-found-brilliant-fix-burnout?CMP=share_btn_url
- The Micro-Retirement Revolution: How Women Are Redefining Success & Work-Life Balance | Vogue Arabia