METANOIAC.ID Bumi pernah mengalami peristiwa badai Matahari terdahsyat yang terjadi pada tahun 1859 dan dikenal sebagai peristiwa Carrington dimana peristiwa tersebut mengakibatkan banyak sistem telegram mengalami gangguan. Badai Matahari kembali diprediksi akan terjadi pada tahun 2025 mendatang. Lantas benarkah kiamat internet akan terjadi?
Seperti sebagian besar fenomena alam di Bumi, Matahari dapat dianggap sebagai entitas hidup yang terus beraktivitas dan “bernafas”. Sepanjang waktu, Matahari menunjukkan aktivitasnya secara berulang dalam bentuk siklus yang teratur, menciptakan dinamika yang terus-menerus di dalamnya. Para ilmuwan menyebut siklus ini sebagai ‘siklus Matahari’ atau solar cycle, dikutip dari situs resmi NASA Jet Propulsion Laboratory.
Fenomena badai Matahari terjadi ketika terjadi perubahan yang tidak merata dalam kecepatan rotasi bagian-bagian permukaan Matahari, yang menyebabkan pelepasan energi melalui titik-titik tertentu akibat gangguan magnetik antara permukaan dan interior Matahari.
Sebenarnya, badai Matahari tidak perlu ditakutkan terkhususnya Indonesia yang terletak di garis Khatulistiwa karena Bumi memiliki lapisan medan magnet dan lapisan ozon yang akan melindungi kita dari badai Matahari.
Meski demikian, memang ada sejumlah hal yang akan mengganggu kehidupan manusia di Bumi ketika fenomena tersebut terjadi. Berikut ini beberapa potensi ancaman badai Matahari ekstrem.
- Kiamat Internet
Seperti yang telah disebutkan, dampak dari fenomena badai Matahari yakni memungkinkan terjadi kiamat internet di Bumi. Dampak ini dipaparkan berdasarkan penelitian di SIGCOMM 2021.
Asisten profesor di University of California, Sangeetha Abdu Jyothi, dalam makalahnya mengatakan, badai Matahari yang ekstrem bisa mengakibatkan ‘kiamat internet’ yang membuat sebagian besar populasi sulit terhubung ke internet selama berminggu-minggu.
Ketika Matahari mencapai puncak aktivitasnya dalam siklus 11 tahunan, dapat terjadi pelepasan massa korona (CME) yang besar. CME ini berisi partikel bermuatan yang, ketika bertabrakan dengan magnetosfer Bumi, dapat menyebabkan gangguan serius pada jaringan internet.
- Merusak Satelit
Pada tahun 2019, Peneliti Ahli Utama (Profesor Riset) Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin menyebutkan bahwa dampak badai Matahari lebih membahayakan bagi teknologi di antariksa.
Satelit yang terkena radiasi dan partikel bermuatan dari badai matahari dapat mengalami kerusakan serius, mengakibatkan pemadaman layanan komunikasi, gangguan dalam penyiaran informasi, dan potensi risiko terhadap keamanan data.
- Gangguan Listrik
Badai Matahari juga dapat mengakibatkan gangguan listrik di Bumi. Hal ini lantaran gangguan pada medan magnetik Bumi dapat menyebabkan terbukanya celah medan magnetik Bumi di sekitar kutub. Sehingga partikel bermuatan proton dan elektron dapat masuk ke atmosfer Bumi, membentuk aurora dan dapat menginduksi jaringan listrik. [SRP/425]
Sumber: Detik.com