METANOIAC.id Sebagaimana yang kita ketahui bersama, India adalah negara yang memiliki banyak aliran kepercayaan dan ritual-ritual kuno. Mayoritas masyarakat India masih sangat kental meyakini dan melakoni kepercayaan tradisional agama.
Melansir dari laman qrius.com, di antara kepercayaan-kepercayaan yang ada di India menciptakan berbagai kultus dan praktik dalam subdivisi atau sub kelompok. Setiap sub kelompok memiliki kepercayaan, ritual, dewa, yang mengatur cara hidup mereka sendiri. Salah satu dari aliran kepercayaan masyarakat India yaitu adalah Aghori.
Dikutip dari jurnal The Gift of Life: Death As Teacher in the Aghori Sect oleh Rochelle Suri, secara umum sekte Aghori terdiri dari laki-laki yang dianggap mengikuti garis keturunan Dewa Siwa.
Sekte Aghori adalah sekelompok orang yang tinggal di Kota Varanasi, India, yang terletak di sebelah utara dan di sepanjang tepi Sungai Gangga. Aghori pada dasarnya adalah aliran dari agama Hindu yang mengagungkan Dewa Siwa.
Walaupun demikian, aliran Aghori tidak diakui oleh penganut agama Hindu yang lain dikarenakan penganut agama Hindu di India menganggap aliran Aghori sudah menyimpang dari ajaran agama Hindu yang sebenarnya.
Tidak seperti sekte-sekte lain yang ada di India yang sangat jelas strukturnya mulai dari pemimpin, aliran dananya hingga anggota-anggotanya. Sekte Aghori sangat tidak terorganisir dikarenakan penganutnya yang tersebar dan tidak terpusat pada tempat tertentu.
Hal tersebut diperkuat oleh ritual-ritual yang sering sekte ini lakukan, misalnya penganut Aghori percaya bahwa iman mereka akan lebih kuat jika memakan jenazah orang lain. Dalam kepercayaan sekte Aghori jika memakan jenazah akan lebih mendekatkan diri dengan Dewa dan mendapat segala kemudahan dalam hidup.
Banyak penganut Aghori yang tinggal dipinggiran sungai Gangga dikarenakan banyaknya keluarga jenazah yang tidak mampu untuk membayar biaya kremasi. jadi banyak keluarga yang membuang jenazah utuh di Sungai Gangga dan akhirnya akan diambil oleh penganut Aghori.
Menurut Rochelle Suri dalam jurnalnya, makan daging manusia adalah salah satu pengingat bagi suku Aghori. Bahwa tidak ada perbedaan antara baik atau buruk, daging manusia atau hewan. Pembedaan seperti itu hanyalah delusi dan jarang memiliki tujuan apapun dalam perkembangan spiritual jiwa manusia.
Jenis jenazah yang dimakan oleh masyarakat Aghori sangat beragam mulai dari daging yang masih segar atau mentah sampai yang sudah busuk, sampai dengan memakan abu jenazah yang sudah dikremasi. Namun, ada beberapa bagian tubuh yang tidak bisa dimakan dan akan dijadikan peralatan untuk ritual atau aksesoris. Salah satu contohnya adalah tengkorak yang dijadikan wadah air.
“Pada cara aghori, yang paling penting adalah makan langsung dari tengkoraknya. Karena ada banyak karma di tengkorak, sangat kuat. Anda lihat saya berusia 60 tahun tapi aku lihat badanku berusia 30 tahun ini adalah Power Of Aghora,” menurut salah satu pendeta Aghori saat diwawancarai oleh CNN.
Pada saat melakukan ritual, pemimpin Sekte Aghori akan meminum alkohol dan mengisap ganja. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mencapai tingkat pendekatan dengan Dewa dan akan memutus diri dengan dunia.
Warna putih pada kulit penganut Aghori bukan bedak atau tepung, melainkan Abu jenazah yang telah dikremasi. Menurut penganut Aghori dengan menaburkan abu jenazah ke badan mereka, mereka akan terhindar dari penyakit dan akan dilindungi oleh Dewa Siwa.
“Abu ini kami gunakan untuk menghias diri kami, kami menutupi diri kami dengan abu dan dari sini Dewa siwa mendatangi kami. Siwa memberi kami berkahnya. Kebaikan apapun yang kita upayakan, dia memberkati kita sehingga keinginan kita terpenuhi,” menurut Kalinath Aghori salah satu penganut aghori saat diwawancarai oleh Jar pada akun YouTube ‘dakota of earth’.
Selain memakan jenazah dan menabur abu jenazah ke badan mereka, ada juga ritual yang tak kalah penting yakni meditasi. Meditasi yang dilakukan oleh penganut Aghori bisa dibilang cukup mengerikan. Pasalnya mereka akan bermeditasi sambil menduduki sebuah mayat. Penganut Aghori percaya dengan bermeditasi di atas sebuah mayat akan membantu mereka menghadapi rasa takut akan kematian.
Namun, menurut bahasa Sansekerta kata Aghori berarti tidak menakutkan. Akan tetapi, dari semua ritual yang dilakukan oleh penganut sekte Aghori berbanding terbalik dengan arti kata Aghori itu sendiri. Mulai dari makan jenazah, membaluri abu jenazah ke sekujur tubuh sampai dengan bermeditasi di atas jenazah. Selain itu, mereka juga tidak pernah menggunakan pakaian yang layak melainkan hanya menggunakan sejenis celana dalam.
Menurut Manoj Thakkar, penganut Aghori sering disalah pahami karena Sekte Aghori tidak pernah membenci seseorang maupun sesuatu. Aghori menganggap semua hal yang ada di dunia setara. Maka dari itu mereka tidak pernah membedakan daging hewan dan manusia. Bahkan penganut sekte Aghori ini tidak suka mencari masalah.
“Orang Aghori adalah orang sederhana yang hidup dengan alam mereka dan tak menuntut apapun,” ungkap Manoj Thakkar dalam bukunya yang berjudul Aghori a Biographical Novel.
Sekarang keberadaan penganut Aghori yang asli sudah mulai berkurang, karena banyaknya masyarakat yang berdandan layaknya penganut Aghori untuk menarik minat turis dan mendapatkan uang dari hal tersebut. Padahal penganut Aghori yang asli tidak tertarik dengan uang. [KWH/346]