METANOIAC.id Dewan Mahasiswa (DEMA) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang (KMPNUP) periode 2022-2023 resmi dilantik di Aula Lantai 3 Gedung Administrasi Kampus I PNUP, Senin (28/11).
Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Ilyas Mansur selaku Direktur PNUP dan Ahmad Zubair Sultan selaku Wakil Direktur (WD) I PNUP.
Dalam sambutannya, Ilyas Mansur mengatakan bahwa sebagai direktur baru dia akan mengubah sistem perkuliahan yang awalnya 8 jam perhari menjadi 6 jam.
“Supaya kegiatan mahasiswa bisa hidup. Bagaimana jika adik-adik diberikan tugas, sisa tenaganya digunakan untuk menyelesaikan tugas. Jadi kita akan mencoba 20 kali pertemuan dalam satu semester, bukan 16 (pertemuan). Supaya kemahasiswaan bisa hidup kembali,” ucapnya.
Pada kegiatan ini Ahmad Zubair Sultan diamanahkan untuk melantik 23 pengurus DEMA, kemudian 40 pengurus BEM yang dilantik oleh Ilyas Mansur.
Pelantikan ini mengusung tema “KMPNUP yang Berdaya Emansipatoris demi Terwujudnya Demokrasi Deliberatif”.
Anugerah Banten Tandi L.P. selaku Presiden BEM mengatakan bahwa tema ini diangkat karena melihat kondisi objektif yang terjadi bahwa mahasiswa dikekang oleh suatu sistem yang membuat mereka tidak bebas mengeksplor dirinya.
“Kita harus melakukan emansipasi terkait itu. Emansipatoris prinsipnya adalah pembebasan, bagaimana membebaskan kita dari suatu sistem yang pada hari ini menghambat gerakan kelembagaan. Itu yang perlu kita bebaskan terlebih dahulu demi menuju suatu demokrasi yang sifatnya deliberatif,” ucapnya.
Ia mengharapkan bahwa mahasiswa fokus terhadap kebijakan-kebijakan yang tidak diperlukan, baik bagi mahasiswa maupun organisasi mahasiswa (Ormawa) di kampus.
“Ada beberapa kebijakan yang tidak bisa mengakomodasi kepentingan mahasiswa, atau yang sifatnya menghambat gerakan kelembagaan, misalnya pembatasan jam malam. Dan saya pikir semua lembaga mengeluhkan (kebijakan) itu,” tambahnya.
BEM-KMPNUP akan mempersiapkan solusi jika ada kendala, agar fokus tersebut dapat berjalan dengan baik.
“Dalam sambutan Direktur tadi, dia menyampaikan bahwa dia terbuka untuk mahasiswa. Namun itu tidak bisa kita pegang, karena pak Direktur yang berbicara tadi belum tentu sesuai dengan pak Direktur yang 5 atau 10 menit ke depan. Bisa saja itu menjadi salah satu bahan untuk ‘mempercantik diri’ pada awal periode ini,” ungkapnya.
Anugerah juga mengungkapkan bahwasanya Direktur bisa saja tidak konsisten dengan ucapannya dan hal tersebut dapat menjadi hambatan saat tidak adanya ruang yang dibuka untuk mahasiswa.
“Solusinya adalah kita terus mendorong Direktur agar bisa bersama dengan mahasiswa,” tutupnya. [LEN/395]