METANOIAC.id Fasilitas kampus merupakan segala sesuatu yang dapat menunjang kegiatan masyarakat kampus. Salah satu fasilitas kampus yang sudah tidak asing lagi yaitu lapangan tenis, yang terletak di Kampus I Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP).
Lokasinya tepat di antara tiga jurusan yaitu Teknik Mesin, Teknik Kimia dan Teknik Sipil. Lapangan tenis ini tak jarang digunakan untuk beberapa kegiatan kemahasiswaan misalnya saja perhelatan Pekan Ilmiah Mahasiswa Politeknik (Pimpol) 2022 yang telah digelar selama satu pekan (30/5 – 4/6).
Namun, beberapa bulan terakhir aktivitas umum yang biasanya dilakukan oleh mahasiswa di Lapangan Tenis dibatasi dengan di gemboknya pintu masuk.
Berdasarkan hal tersebut crew Metanoiac berkesempatan mewawancarai Zul Ainun salah satu mahasiswa jurusan Teknik Kimia.
Zul Ainun mengungkapkan bahwa selama beberapa bulan terakhir ia secara langsung memantau terkait aktivitas-aktivitas yang terjadi di Lapangan Tenis, berhubung penelitiannya berada disekitar area tersebut.
“Jadi awalnya itu lapangan tenis terbuka untuk umum, siapapun dan kegiatan apapun bisa masuk mulai dari makan siang, study club, dan sharing-sharing yang merupakan program dari Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HMTK), hingga sore pun ada juga latihan taekwondo, tarung derajat dan bermain tenis,” ungkap Zul Ainun.
[Baca juga: Setelah Tiga Bulan, Audiensi Akbar Menemui Titik Terang].
Seiring berjalannya waktu, mahasiswa masih diperbolehkan untuk beraktivitas di area lapangan tenis, misalnya makan siang dan kegiatan-kegiatan lainnya.
“Hingga sampai sekitar bulan seminar proposal (Sempro) pada akhir Februari, tepatnya (21/2) banyak yang berfoto di Lapangan Tenis. Kemudian setelah berfoto sampah seperti buketnya dibuang begitu saja, tidak dibersihkan jadi sampahnya menumpuk di dalam,” ungkapnya.
Dengan berjalannya waktu, pada pertengahan bulan Maret aktivitas untuk mahasiswa di Lapangan Tenis telah dibatasi. Yang awalnya dibebaskan untuk keluar-masuk namun sudah diberlakukan pembatasan.
“Jadi pagi tertutup siang terbuka, terkadang pula beberapa mahasiswa yang sudah sempro masih masuk untuk foto di situ,” pungkasnya.
Di akhir bulan Maret, akhirnya lapangan tenis ditutup sepenuhnya untuk umum (khususnya mahasiswa). Pintu lapangan tenis di gembok sehingga mahasiswa tidak dapat masuk lagi kecuali dengan izin (menyurat secara resmi untuk melakukan kegiatan).
Sekitar hampir 3 bulan, tetap ada orang yang bermain tenis tetapi kuncinya dipegang oleh mereka (pemain tenis) dan juga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tarung Derajat berhubung sekret mereka terletak di sana. Sampai sekarang, lapangan tenis hanya terbuka untuk mereka yang memiliki izin untuk masuk.
“Misal waktu Pimpol terbuka untuk dipakai untuk lomba taekwondo dan karate. Kemudian waktu kegiatan Persma, jadi untuk saat ini lapangan tenis bisa digunakan hanya untuk kegiatan khusus, UKM Tarung Derajat, serta pemain bola tenis. Selebihnya itu tertutup untuk umum,” tambah Zul.
Pemain tenis yang notabenenya berasal dari PNUP itu sendiri diantaranya Direktur, Wakil Direktur (WD), dosen-dosen dan sebagainya.
Di samping itu alasan mengapa lapangan tenis saat ini ditutup untuk umum karena kondisi lapangan yang kian hari semakin kotor, akibat tidak dijaganya kebersihan.
Zul Ainun sendiri memberikan tanggapan terkait hal tersebut, melihat masih banyaknya mahasiswa yang acuh dalam menjaga kebersihan fasilitas kampus tersebut.
Ia menyampaikan bahwa agar kiranya dibuat aturan tertulis untuk menjaga kebersihan serta petugas kebersihan yang dapat mengawasi apabila ada yang melanggar dengan diberikan teguran.
“Atau solusi lainnya adalah itu lapangan tenis sekalian ditutup saja untuk umum, kemudian diberi papan tulisan bukan untuk umum, biar kita sebagai mahasiswa tidak merasa bahwa ini lapangan tenis cuman sebagai fasilitas pelengkap yang tidak bisa digunakan,” ungkapnya.
“Dari yang selama ini saya lihat, minat mahasiswa di bidang tenis itu sangat rendah, jadi mahasiswa lebih menggunakan lapangan tenis untuk kebutuhan sosial yang non resmi ketimbang perhelatan resmi. Tempat terbuka umum yang sering digunakan untuk berkumpul dan kebutuhan sosial lainnya sejauh ini yaitu kantin serta gazebo jurusan masing-masing,” tutup Zul.
[Baca juga: Pembangunan Telah Rampung, Rusunawa Hingga Kini Belum Beroperasi].
Di samping itu, Nurul Fitrah selaku mahasiswa PNUP yang turut menggunakan lapangan tenis mengungkapkan alasan terkait penutupan fasilitas tersebut.
“Alasan yang saya dengar dari salah satu dosen bahwa beberapa waktu lalu mahasiswa masuk namun meninggalkan sampah-sampahnya. Entah itu sisa buket atau makanan intinya disitu tercecer, itulah yang membuat dosen mengeluh. Sehingga bapak direktur langsung menggembok nya juga langsung membeli tiga gembok cadangan,” jelas Fitrah.
Nurul Fitrah pun menambahkan bahwa jika ingin masuk lapangan tenis hanya untuk sekedar foto-foto, sebaiknya meminta izin dulu dan kebersihannya perlu dijaga demi merawat fasilitas kampus.
“Kalau ini selalu saya tanya bahwa jika cuma ingin foto-foto maka jangan meninggalkan apapun serta meminta izin dahulu dan lebih bagusnya kalau ada minat bakat bola tenis jadi penggunaan fasilitas kampus tidak disalah gunakan,” tambah Fitrah.
Crew Metanoiac juga berkesempatan mewawancarai Sirajuddin Omsa selaku WD II menjelaskan terkait lapangan tenis ini.
Saat ditanya perihal tujuan dibangunnya lapangan tenis di Kampus I PNUP, ia menjelaskan bahwa fasilitas tersebut dibangun khusus untuk mahasiswa.
“Lapangan tenis sejatinya dibangun untuk mahasiswa, serta dosen pun juga bisa menggunakannya yang terpenting ada schedule nya agar tidak bertabrakan, bahkan mahasiswa melawan dosen juga bisa, yang terpenting di atur. Dan bidang akademik serta kemahasiswaan yang memberikan aturan-aturan jadwal,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa dosen akan bangga ketika mahasiswanya dapat berprestasi di beberapa cabang olahraga (cabor), misalnya permainan tenis lapangan ini.
Sirajuddin Omsa mengungkapkan bahwa pembangunan lapangan tenis yang berlokasi di Kampus I memakan anggaran pembangunan yang tidak terlalu besar, berbeda dengan apabila ingin membangun seperti gedung sekolah, perpustakaan, ataupun Laboratorium (Lab) baru.
“Ini dananya tidak terlalu besar, karena Lab yang terbaru saja dananya sekitar 3-4 miliar, Lab. Sipil 1 miliar lebih, jadi bukan tidak memprioritaskan kepentingan mahasiswa, maka hal tersebut saya katakan manfaatkan fasilitasnya, tinggal di atur saja karena banyak orang yang ingin memakainya, dan kita pun welcome jika mahasiswa ingin menggunakan,” jelas Sirajuddin.
WD II menanggapi perihal di gemboknya pintu masuk ke dalam lapangan tenis, ia menegaskan tujuannya agar supaya tidak sembarangan orang masuk didalamnya.
“Mungkin mahasiswa sendiri yang membuat mahasiswa tidak bisa memakainya, coba dibentuk itu untuk bagian dari UKM Senior, saya bolehkan dan memang harus mahasiswa, kita bikin sarana olahraga seharusnya mahasiswa yang diutamakan karena itu di bangun untuk mahasiswa,”ujarnya.
“Saya bukan pemain tenis tapi saya tahu bahwa semua fasilitas yang bangun disini untuk mahasiswa yang paling diutamakan karena mahasiswa stakeholder yang paling penting, pemegang kepentingan yang paling penting. Jika mahasiswa tidak ada, maka tidak ada juga perguruan tinggi,” jelasnya.
Ia menanggapi terkait pernyataan narasumber yaitu solusi aturan tertulis untuk lapangan tenis, misalnya untuk menjaga kebersihan dari lapangan tenis.
“Sebenarnya masalah kebersihan bukan hanya di tempat tersebut diberikan denda tapi semua tempat yang ada disini diberikan denda, bahkan saya mempunyai rencana tetapi belum jalan, yaitu bagaimana me-reduce sampah plastik disini,” ungkapnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa selain pemain tenis yang berasal dari PNUP memang ada pemain dari luar kampus salah satu alasan dibalik hal tersebut adalah sebagai ajang silaturahmi antar dosen PNUP dengan orang luar.
Ia menuturkan harapannya dengan terjalinnya silaturahmi untuk kedepannya dapat meningkatkan lagi kerjasama dan bagaimana agar supaya alumni PNUP dapat diserap secara langsung ke perusahaan terkait. [ICU/368 WIE/382]