Ada matahari, ada kopi bangunkan beban
Kemarin adalah kerugian hari ini
Hingga masa depan pertanda ketidaksetiaan
Burung-burung bernyanyi, bukan mereka pandai menyanyi
Mungkin inilah hukumnya
Mungkin inilah wajarnya
Pagi ini dan mungkin pagi nanti
Seharusnya selalu ada tawa bersama cerita-cerita kita
~17 Juli 2022
Malam sebelum purnama berakhir, dengan kesengajaan saya bertemu salah satu senior di kedai kopi. Saya menyebutnya senior, sebab bagi saya ia layak dilabeli seperti itu. Banyak hal yang kami ceritakan, salah satunya perihal masalah kehidupan, lebih tepatnya masalah pribadi saya.
Sebelumnya saya beranggapan bahwa masalah pribadi biarlah menjadi konsumsi pribadi. Toh, orang-orang hanya bisa berempati dan memberi solusi sesuai isi kepalanya. Setelah menceritakan masalah yang sedang menimpa saya, ia memberi tanggapan dengan sudut pandang yang berbeda yang sebelumnya belum pernah saya ketahui.
Kurang lebih seperti ini yang ia ucapkan “Setiap orang memiliki masalah dan begitulah adanya karena kita ini manusia yang tidak terlepas dari masalah. Daripada berlarut-larut dalam masalah, lebih baik ditertawai saja,” katanya.
Lalu serentak kami tertawa.
Ia menambahkan “Bukan berarti kau tidak memikirkan dan mengeksekusinya,”.
Setelah bercerita, saya kemudian lebih mengerti bahwa kita memerlukan sudut pandang orang lain agar tidak selalu merasa benar, baik dari segi pikiran maupun tindakan. Sebab mencari kebenaran adalah hal yang wajar, tetapi merasa mendapatkannya adalah hal yang kemungkinan mendatangkan bahaya.
Berangkat dari pemahaman tersebut, pagi harinya dengan pengetahuan apa adanya. Saya membuat puisi di atas untuk tidak melupakan kejadian demikian.
Saya tidak tahu apakah puisi tersebut layak disebut sebagai puisi atau hanya berupa himpunan kata yang kemungkinan menjadi puisi. Namun, bagi saya untuk saat ini puisi serupa halnya manusia yang disampaikan Bre Redana: Proses “menjadi”. Hanya manusia yang memiliki embel-embel demikian, dan hal itu bagian dari kesadarannya.
Biasanya kesadaran terbentuk oleh suatu tindakan keliru baik disengaja maupun tidak disengaja. Tindakan keliru dapat berakibat panjang bagi kelangsungan hidup kita sebagai manusia. Dari sana terkadang kita putus asa dan hampir menyerah terhadap kehidupan. Pertanyaannya bukan lagi berani mati, melainkan berani hidup. Namun, dari sana pulalah kita tersadarkan.
Ya, kesadaran demi kesadaran. Salah satu unsur terpenting yang mengarahkan kita menuju kedewasaan. Tidak melulu tindakan baik, tindakan buruk pun terkadang membuat kita menjadi dewasa. Segalanya tergantung dari cara kita memandang.
“Pengalaman manusia sedemikian kaya”, salah satu kalimat dalam tulisan Bre Redena. Dari kalimat tersebut secara implisit kita dapat memahami bahwa pengalaman memiliki harga tak terhingga, bahwa lewat pengalaman kita bisa banyak belajar. Pengalaman adalah keunikan. Hingga tidak hanya bahagia, duka pun patut untuk dirayakan. Bagi mereka yang ingin merayakannya.
Penulis: Widi Suma