Status. Status WhatsApp Bu Nani terkait nilai rapor yang tak perlu dikhawatirkan orang tua murid. [Sumber: Twitter @txtdarimanasaja] |
METANOIAC.id Jagat dunia maya dihebohkan baru-baru ini melalui unggahan seorang guru dari SMK 1 Tambun Selatan bernama Bu Nani. Perihalnya Bu Nani memberikan sorotan pada orang tua murid melalui status WhatsApp tentang nilai rapor murid yang tidak perlu dikhawatirkan ketika kurang bagus.
Benar, seharusnya menjadi orang tua harus lebih memahami anaknya bisa dan mampu di bidang apa. Misalnya, ketika nilai rapor keluar dengan menunjukkan nilai Bahasa Inggrisnya 50 tetapi nilai Matematikanya 98. Yah, jangan dihakimi apalagi diberi hukuman.
Nahasnya, banyak diantara orang tua yang menghakimi anaknya, misalnya mengatakan “Kamu itu malas belajar makanya nilainya jelek” atau “Makanya jangan main game terus, kan nilainya jelek, kamu gak belajar yah”. Lebih parahnya lagi ada yang sampai bilang “Udah disekolahin, bukannya tambah pintar malah makin bodoh”.
Hal-hal seperti ini bisa membuat hubungan orang tua dan anak renggang atau menjadikan anak sosok yang akan menghalalkan segala cara untuk dapat nilai bagus. Kan yang diperhatikan orang nilainya bukan kemampuannya. Bibit menyontek bisa berawal dari sini. Benar tidak sih?
“JADI BERHENTI MELAKUKAN KEBIASAAN BURUK YANG DAPAT MEMBUAT ANAK TIDAK PERCAYA DIRI”
Alih-alih menghakimi anak karena nilainya kurang bagus dengan kata-kata pedas, kenapa tidak mencoba mengubahnya menjadi “Tidak apa-apa, itu hanya nilai, kamu hebat loh dapat segitu. Kalau ada yang kurang kan masih bisa belajar lagi”.
Sebagai seorang anak saya merasa dukungan orang tua memiliki peran penting dalam kehidupan saya. Mungkin beberapa anak di luar sana juga merasakannya atau hanya saya sendiri?
Bayangkan saja jika anaknya tertarik di dunia bisnis tetapi orang tua malah bersikeras harus masuk politik yang ada bukan menyejahterakan bangsa tetapi malah jual beli jabatan atau anaknya suka Art tetapi dipaksa harus jadi jaksa, nantinya balai sidang dijadikan pertunjukan drama, ini hanya perumpamaan.
Kenapa tidak mendukung atau membebaskan anak menentukan masa depannya sendiri. Namun biasanya orang tua akan mengatakan “Kan, orang tua mau yang terbaik untuk anaknya sendiri”. Menurut saya, tidak ada yang baik saat semuanya adalah keterpaksaan.
Melihat dari sisi anak juga jangan “iya iya aja” saat orang tua tidak memberikanmu ruang bebas untuk memilih. Bukan bermaksud menjadi pembakang. Namun, harus berani mengatakan tidak dan mengambil keputusan apa yang sebenarnya diinginkan oleh diri sendiri tetapi dengan cara yang benar yaitu komunikasi selayaknya anak kepada orang tua melalui tutur kata sopan dan penuh hormat.
Diakhir saya ingin memberikan sebuah kutipan dari Tim Elmore yang bunyinya begini “Kita harus mempersiapkan anak untuk sang jalan, bukan jalan untuk sang anak.”
Mungkin opini saya kali ini cukup sekian, semoga kita para Metareaders yang suatu saat akan menjadi orang tua ataupun Metareaders yang telah menjadi orang tua bisa bijak dalam memahami apa yang ia bisa dan mampu serta mendukung apa yang menjadi keputusannya. [HR/332]