Sampah. Tumpukan sampah yang ada di dekat kantin lama kampus 1 PNUP, Kamis (12/5). [HR/332]
Besi. Tumpukan besi yang ada di dekat kantin lama kampus 1 PNUP, Kamis (12/5). [HR/332]
METANOIAC.id Kampus merupakan tempat untuk menuntut ilmu, mengembangkan kepribadian, dan membentuk karakter. Di mana kampus merupakan tempat membentuk pemimpin bangsa di masa depan.
Selayaknya tempat menuntut ilmu seharusnya kampus juga memperhatikan kondisi lingkungan sekitar agar menciptakan suasana yang nyaman.
Menilik kondisi lingkungan di PNUP saat berada di bagian belakang Kampus 1 tepatnya di bagian samping hingga bagian belakang kantin lama, kita akan disuguhkan dengan tumpukan sampah anorganik dan besi-besi yang sudah tidak terpakai.
Hal tersebut sangat memprihatinkan melihat PNUP sebagai salah satu politeknik terbaik ketiga di Indonesia tahun 2022 menurut goodstats.id, juga baru-baru ini memperoleh sertifikat akreditasi “Akreditasi Baik Sekali” dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi berdasarkan keputusan BAN-PT No. 129/SK/BAN-PT/Akred-PMT/PT/III/2020 pada 22 Maret 2022 dan berlaku sampai 22 Maret 2027.
Mewawancarai Adam Pratama Putra selaku Wakil Presiden BEM KMPNUP terkait tumpukan sampah di PNUP, ia menyampaikan tumpukan sampah ini telah ada sejak 2019 dan menjadi tamparan keras bagi birokrasi dan rumah tangga untuk menciptakan suasana makan yang sehat bagi mahasiswa.
“Melihat tumpukan sampah itu menjadi tamparan keras bagi birokrasi karena jujur kondisi ini sangat memprihatinkan melihat tumpukan sampah di belakang itu sangat kurang bagus dipandang oleh teman-teman mahasiswa, belum lagi baunya ini menyebabkan lingkungan yang kurang sehat,” ungkap Adam.
Selanjutnya ditanya lebih lanjut mengenai bagaimana tindakan BEM merespon hal tersebut, Adam mengatakan birokrasi dan rumah tangga tidak harus menunggu keluhan dari mahasiswa untuk membersihkan sampah-sampah yang ada, karena hal tersebut telah menjadi wewenang dan tanggung jawab rumah tangga untuk membersihkannya. Di mana rumah tangga ini adalah parameter keberhasilan kebersihan di lingkup kampus.
“Kalau mahasiswa lagi yang harus memperjuangkan seperti ini, apakah birokrasi dan rumah tangga menunggu keluhan dari mahasiswa untuk membersihkan sampah-sampah di belakang. Kalau hal seperti itu yang ditunggu birokrasi, yah berarti selama ini birokrasi menunggu dirinya untuk dikritik,” tambahnya.
[Baca juga: Maraknya Pembangunan, Prioritas Kadang Bergeser].
Adam juga menyampaikan harapannya kepada birokrasi ia menyampaikan rumah tangga harus bekerja ekstra keras untuk menata lingkup kampus dalam hal ini bukan berarti rumah tangga tidak bekerja namun harus workout. Rumah tangga juga harus memperketat silaturahminya kepada mahasiswa agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
“Pak safar menyampaikan ketika ada keluhan langsung saja hubungi dia. Namun kita kenal Pak Safar ini kurang bersilaturahmi dengan mahasiswa,”ujarnya.
Bus. Penampakan bus pengangkut sampah yang terparkir di dekat kantin lama PNUP, Kamis (12/5). [HR/332]
Sementara itu beberapa hari belakangan ini terlihat bus pengangkut sampah yang beroperasi di Kampus 1 PNUP. Tampak dari luar kondisi fisik bus tersebut kurang layak untuk beroperasi, karena body mobil yang berkarat dan sudah ada beberapa bagian yang tidak ada seperti kaca dan bagian pintu belakang mobil.
Menemui Safaruddin yang merupakan sopir yang mengoperasikan bus pengangkut sampah tersebut menanyakan perihal bagaimana tanggapannya mengenai kondisi bus sampah yang ia jalankan. Ia menyebutkan bahwa kondisi fisik bagian luar saja yang kurang bagus.
“Saya operasikan bus ini baru sekitar satu bulan, selama saya jalankan ini mobil aman-aman saja kondisi fisik luarnya saja yang seperti itu kalau bagian mesinnya bagus. Bus ini juga tidak beroperasi terus menerus tetapi kadang-kadang saja kalau banyak sampah,” jelas Safaruddin.
Memperjelas akan dikemanakan dan bagaimana pengolahan sampah tersebut, crew Metanoiac menemui Safar selaku bagian rumah tangga ia mengupayakan pengangkutan sampah dalam waktu dekat yakni diusahakan bulan depan untuk bisa ditimbun di bagian-bagian yang kosong di Kampus 2 PNUP dengan bantuan eskavator.
“Itu tanggung jawab saya, karena tempat pembuangan sampah sementara itu di belakang (dekat pintu keluar), Unhas sudah timbuni dan sekarang sudah dipagari sehingga itulah yang mengakibatkan banyak tumpukan sampah di belakang (dekat kantin lama). Kita juga punya kerjasama dengan dinas kebersihan untuk membuang sampah di tempat pembuangan akhir,” ungkap Safar.
Safar juga menambahkan jika sampah tidak dibuang ke tempat sampah akhir maka sampah akan di drop ke belakang dulu, seperti sampah-sampah yang bisa hancur.
“Sebenarnya ada tempat sampah di belakang itu, disitulah mobil kalau malam bawa ke tempat sampah pembuangan akhir cuman itu lagi tidak seimbang antara sampah yang di drop ke belakang dengan yang di bawa keluar,” tambahnya.
Ia juga menjelaskan bahwasanya pihak rumah tangga dalam menyelesaikan persoalan sampah yang bertumpuk itu terlebih dahulu harus mengusulkan ke pimpinan dalam hal ini adalah bagian tata usaha yang kemudian baru dapat dieksekusi.
“Rumah tangga itu tidak punya kebijakan untuk eksekusi sesuatu. Saya hanya menjalankan dan eksekusi perintah dari atas (tata usaha). Cuman saya pernah bicara dengan direktur untuk carikan solusi supaya bisa terangkut itu sampah yang ada di belakang,” jelasnya.
Di akhir wawancara disinggung mengenai bus pengangkut sampah yang kondisi fisiknya kurang layak untuk beroperasi, dalam menanggapi ini safar menuturkan kondisi fisik bus (body) memang seperti itu tetapi mesinnya sangat luar biasa bagus, jadi kendala soal keamanan sopir itu aman-aman saja mengoperasikan bus tersebut.
“Jauh lebih bagus itu mobil (bus pengangkut sampah) dibanding yang ada di jurusan mesin yang tampilan luarnya bagus, layak sekali untuk dipakai itu. Lagi pula pengoperasiannya juga standar saja yakni di kampus 1 saja, sekali-kali ke kampus 2 jika ada barang yang diangkut,” tutup Safar. [AN/336 HR/332]