METANOIAC.id Massa yang tergabung dari beberapa mahasiswa di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) mulai turun ke jalan menggelar demonstrasi 11 April 2022.
Aliansi mahasiswa memulai aksi dengan membakar ban di bawah Fly Over. Asap hitam mengepul akibat ban bekas yang dibakar, ditambah spanduk membentang di jalanan dengan berbagai kecaman terhadap pemerintah.
Aksi mahasiswa ini bagian dari seruan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) dengan membawa sejumlah tuntutan terkait kenaikan harga dan kelangkaan minyak Goreng, kenaikan harga BBM dalam hal ini pertamax, termasuk menolak wacana perpanjangan masa jabatan presiden 3 periode.
[Baca juga: Begini Tanggapan BEM KMPNUP Terhadap Wacana Seruan Aksi 11 April 2022].
Massa aksi terbagi dua ada yang berada di Fly Over dan di bawah Fly Over. Beberapa aliansi mahasiswa yang berada di bawah Fly Over pada pukul 15.38 WITA merapatkan barisan dan bergeser ke kantor DPRD Provinsi Sulsel.
Gerbang DPRD Provinsi Sulsel seketika dipadati ratusan demonstran yang ingin menyampaikan tuntutannya. Beberapa diantara demonstran berteriak “Buka, buka, buka” sambil mendorong paksa gerbang Gedung DPRD Sulsel untuk memaksa masuk.
Merespon hal tersebut pihak dari dalam kantor DPRD menyampaikan untuk tetap tenang. Alih-alih tenang demonstran malah tambah ricuh dengan tetap mendorong, memukul, menendang sampai melempar gerbang Gedung DPRD Sulsel. Selain itu adapula beberapa demonstran yang berusaha memanjat pagar Gedung DPRD Sulsel.
Para demonstran tidak henti-hentinya berteriak meminta untuk di bukakan pintu gerbang dan salah satu demonstran meminta agar anggota DPRD Sulsel untuk keluar dan menemui para demonstran.
“Jangan ada perwakilan yang masuk, biar anggota DPRD Sulsel yang keluar menemui rakyat,” teriak salah satu demonstran.
Dengan situasi yang semakin memanas, Syaharuddin Alrif (NasDem), Muzayyin Arif (PKS), Andi Irwandi Natsir (PAN), Fauzan (PPP), Rismawati (Demokrat), Andi Januar Jaury Dharwis (Demokrat), dan Sri Rahmi (PKS) keluar untuk menemui demonstran di depan gerbang Gedung DPRD Sulsel untuk melakukan mediasi.
Melihat kondisi di depan gerbang setelah para anggota DPRD Sulsel keluar, di mana para demonstran saling berdesakan untuk maju ke tempat yang dekat dengan anggota DPRD Sulsel, dorong-mendorong tidak terelakkan. Alih-alih mediasi yang dilakukan ada beberapa demonstran yang mencoba memantik emosi tetapi ada juga beberapa yang berteriak mengingatkan “Hati-hati Provokator”.
Salah satu demonstran mengajukan pertanyaan pada para anggota DPRD. “Kenapa semua partai tidak datang di sini, untuk pernyataan sikap?” tanyanya.
Pertanyaan tersebut tidak dihiraukan oleh ketujuh anggota DPRD. Syaharuddin Alrif mewakili ke-tujuh anggota DPRD tetap melanjutkan pernyataan sikap untuk tuntutan mahasiswa pada aksi 11 April 2022 ini. Berikut pernyataan sikap yang sempat dikutip crew Metanoiac:
-
Mendesak Presiden dan DPR RI, seluruh fraksi membuat pernyataan resmi kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak ada perpanjangan masa jabatan 3 periode presiden dan menolak penundaan pemilu.
-
Mendesak presiden untuk menurunkan harga BBM dan menstabilkan stok BBM bersubsidi.
-
Mendesak presiden untuk menurunkan pajak pertambahan nilai atau pajak PPN.
-
Copot menteri perdagangan yang gagal dalam menstabilkan harga bahan pokok termasuk harga minyak goreng.
Setelah pernyataan sikap dari perwakilan anggota DPRD mahasiswa belum puas dari pernyataan tersebut. “Aliansi mahasiswa itu berbeda-beda tuntutannya dan masih banyak dari kawan-kawan aliansi yang membawa tuntutan masing-masing,” tegas demonstran dari HMI. Namun Kembali lagi pihak dari DPRD tidak menghiraukan ucapan dari salah satu demonstran.
[Baca juga: Perjuangkan Isu Nasional yang Resahkan Masyarakat, Aliansi Rakyat Miskin Kota Lakukan Aksi Demonstrasi].
Ketujuh anggota DPRD yang keluar bergegas menuju ke dalam gedung sambil saling dorong antara demonstran dan aparat yang menjaga anggota DPRD.
“Jangan kasih pulang, jangan kasih pulang,” riuh demonstran.
Pelemparan terjadi lagi setelah Anggota DPRD masuk Kembali ke Gedung DPRD. Di mana para demonstran terus melempar menggunakan kayu, batu, dan botol yang kembali menimbulkan kericuhan.
“Jangan melempar di sini ada perempuan, di sini ada orang tua. Jangan melempar sabar di bulan puasa ini,” suara dari dalam Gedung DPRD.
Dari barat jalan Urip Sumoharjo sudah bersedia brigade polisi yang menunggu perintah untuk melerai kerumunan demonstran, tidak perlu waktu lama brigade dari pihak kepolisian mulai bergerak ke arah demonstran sambil menembakkan water canon.
Walau dihantam water canon dan gas air mata para demonstran tidak pantang menyerah, mereka tetap kembali menghujani aparat dengan batu dan botol. Setelah demonstran dari barat di pukul mundur sampai di depan Universitas Bosowa. Demonstran dari selatan jalan Pettarani juga mulai rusuh, sama dengan demonstran dari barat, pihak demonstran dari timur juga menghujani aparat dengan batu dan botol plastik.
Dengan kericuhan dimana-mana para warga dan demonstran yang berada di titik aksi mengamankan diri dengan berlari mencari tempat yang aman untuk menghindari batu dan botol serta tembakan gas air mata. Beberapa mengamankan diri ke rumah-rumah warga, toko, dan tempat makan yang berada di sekitar titik kericuhan.
Kericuhan mereda sejenak pada saat waktu berbuka puasa, namun di depan Universitas Bosowa pada pukul 18.40 WITA demonstran Kembali melempar ke arah barat sampai dengan pukul 18.50.
Salah satu saksi mata bernama Salman dari Fakultas Pertanian UNHAS angkatan 2021 menceritakan bahwa ia melihat ada lima orang yang diamankan aparat dan dinaikkan di mobil polisi.
Crew Metanoiac mencoba menggali informasi terkait penangkapan yang dilakukan aparat kepolisian terhadap lima orang tersebut yang belum diketahui identitasnya apakah mahasiswa atau warga sipil. Namun, para aparat kepolisian yang berada di sekitar mobil tempat lima orang tersebut diamankan tidak bisa memberikan penjelasan, mereka mengatakan ada pimpinan yang lebih berhak kemudian mengarahkan crew Metanoiac ke pos polisi.
Sesampainya di pos polisi crew Metanoiac diminta masuk ke dalam untuk bertemu Humas. Namun, jawaban yang diberikan aparat di dalam pos polisi sama dengan yang diberikan aparat sebelumnya yang berada di dekat mobil.
Kembali melihat kondisi lalu lintas di jalur Pettarani menuju Alauddin dan Fly Over ke arah Perintis Kemerdekaan masih belum kondusif, dengan demikian banyak pengendara yang mengarah ke lokasi tersebut terjebak kemacetan. Beberapa warga yang melintas pun masih merasakan pedihnya gas air mata.
Kericuhan mereda pada pukul 22.55 WITA , akses kendaraan di jalan Pettarani mulai kondusif, akan tetapi dari jalur Urip Sumoharjo menuju ke arah Perintis Kemerdekaan masih ditutup karena keadaan yang belum sepenuhnya aman. [HR/332 KWH/346]