Kamis, September 12, 2024

Ironi Perguruan Tinggi

| METANOAIC | Torehan Tinta Pergerakan |                          | METANOAIC | Torehan Tinta Pergerakan |                          | METANOAIC | Torehan Tinta Pergerakan |

METANOIAC.id Fenomena perguruan tinggi merupakan fenomena yang belum tuntas untuk diperbincangkan dan diperdebatkan mengenai sistem dan mekanisme kerjanya. 

Perguruan tinggi berada di antara persimpangan wacana intelektual hingga wacana kapitalisme. Polemik tentang peran perguruan tinggi masih terus digulirkan guna menemukan formula konstruktif oleh persoalan godaan modal dan mesin pencetak tenaga kerja. Optimisme dan pesimisme terhadap peran perguruan tinggi menjadi menu utama di kalangan publik.

Perguruan tinggi sebagai ruang publik mengalami malfungsi karena penerapan pelbagai kebijakan, baik di ranah internal maupun eksternal. Hal itu tidak terlepas dari adanya kepentingan-kepentingan dari pihak tertentu dengan mengabaikan kaidah-kaidah keintelektualan sebagai basis pembentukannya. 

Label mengenai perguruan tinggi sebagai pabrik atau pelayanan jasa publik dengan transaksi ekonomi pun merebak. Persepsi negatif ini kian mengkhawatirkan akan masa depan peran dan fungsi perguruan tinggi.

Membaca opini Kompas pada Senin, (24/1/22) oleh Arief Anshory Yusuf yang merupakan guru besar Universitas Padjadjaran sekaligus ketua forum Dewan Guru Besar Indonesia (FDGBI), di mana ia mengemukakan pendidikan tinggi tengah menghadapi era yang disebut sebagai the counter-revolution yang dipicu oleh neo-liberalisme dimulai di era 1980-an. 

Menurut pandangannya, perguruan tinggi saat ini terlalu berfokus jadi pabrik pekerja dan institusinya sendiri menjadi objek komersialisasi. Salah satunya terlihat dari semakin gencarnya komersialisasi pendidikan; otonomi kampus disinonimkan sebagai pengurangan subsidi negara, riset-riset dasar kalah prioritas dibandingkan dengan riset-riset yang diminta oleh industri atau pasar. 

Proposal riset dinilai berdasarkan tingkat kesiapterapan teknologi bahkan untuk bidang-bidang dasar dan sosio-humaniora. Arief melanjutkan bahwa prinsip-prinsip universal perguruan tinggi semakin ditinggalkan, di mana seharusnya perguruan tinggi mengintegrasikan riset dan pendidikan dengan tujuan untuk mencetak manusia well-informed yang fokus pada learning bukan hanya pada skills-production.

Baca Juga:  Peserta Kontingen Tim KJI dan KBGI Mempresentasikan Rancangan Jembatan dan Bangunan Gedung Mereka

Apa yang dikemukakan oleh guru besar padjadjaran tersebut berdampak pada masyarakat perguruan tinggi, dalam hal ini mahasiswa. Mahasiswa sebagai komponen perguruan tinggi mengalami kekurangan gairah dalam menempuh pendidikan dan mengkonstruksi diri sebagai kaum intelektual atau sosok intelegensia. Hal demikian pun berdampak pada identitas mahasiswa yang dihegemoni oleh konsep dan sistem dalam pengoperasionalan perguruan tinggi mulai dari wilayah kurikulum hingga permodalan. 

“Kebangkrutan perguruan tinggi sebagai ruang persemaian inteligensia menjadi ironi dan getir” ~Bandung Mawardi. 

Mahasiswa mengalami kemerosotan akan studi kritis dan sebagai penggerak perubahan pada masa mendatang.

Senada dengan paragraf sebelumnya, Arief Budiman dalam esai Peranan Mahasiswa sebagai Intelegensia (1976) telah memberi alarm tentang gejala penurunan peran mahasiswa sebagai akibat dari kegagalan meresepsi model pendidikan di perguruan tinggi secara partisipatif dan produktif. 

Mahasiswa seperti bola yang menggelinding masuk dalam desain pembangunan sebagai misi birokrasi dengan mengabaikan hak-haknya sebagai sosok intelegensia. 

Keterlibatan mahasiswa dalam ranah intelektual semakin terpinggirkan sebab birokrasi menerapkan ideologi tanpa adanya interupsi. Keberhasilan ideologi pendidikan ini berakibat pada mahasiswa yang diarahkan pada kemanjaan dan model pendidikan konsumtif. 

Secara kuantitatif populasi mahasiswa tergolong tinggi, tetapi tidak menjadi jaminan secara kualitatif. Kesadaran intelektual cenderung terabaikan, dan tergantikan dengan motif mendapatkan gelar dan perebutan pekerjaan. Kondisi ini begitu tragis, namun belum menjadi tema krusial oleh pihak stakeholder terkait. Hingga keluaran sarjana-sarjana perguruan tinggi mengalami krisis idealisme.

Buku yang selama ini identik dengan kaum terpelajar, berfungsi sebagai alat berpikir kritis, menumbuhkembangkan pemikiran, dan kepekaan sosial hanyalah barang punah yang tak ternilai. Ia seakan lenyap ditelan arus model pendidikan yang serba instan di mana kalimat bijak tentang makna sebuah proses sekadar alibi atau bahasa tanpa tindakan (angin lalu).

Baca Juga:  Obituari

Sekarang yang terpenting rajin masuk kelas, mengikuti sistem yang ada, dan mendapatkan nilai di atas standar telah cukup menggembirakan di kedua telinga mahasiswa tetapi amat jarang dijumpai ruang kelas sebagai ruang dialektika, bertukar gagasan satu sama lainnya demi memecahkan ketimpangan-ketimpangan yang terjadi di masyarakat.

Perguruan tinggi sebagai ruang publik mengalami reduksi karena tidak terjadinya model pendidikan emansipatif dan konstruktif. Perguruaan tinggi layaknya pelayanan publik dengan mengedepankan kompensasi uang dan hasil.

“Peran substantif perguruan tinggi adalah mempersiapkan manusia untuk memiliki kepemimpinan intelektual dan moral. Peran ini mulai meredup karena ada kesengajaan dari pelbagai pihak untuk menjadikan perguruan tinggi sebagai institusi dengan terapan industri dengan dalih-dalih laba atau pemenuhan mencetak tenaga kerja,” tegas Bandung Mawardi. Ia menambahkan bahwa peran perguruan tinggi patut menjadi pertanyaan dan gugatan dari siapa saja sebelum menjelma pabrik sarjana.

Jika ketimpangan akan perguruan tinggi dibiarkan bergulir begitu saja tanpa adanya interupsi dari subjek yang terkait. Lantas ke mana arah amanat UUD 1945 yang mencerdaskan kehidupan bangsa itu?

Dengan demikian kita patut kembali membaca dan memahami makna penggalan puisi yang dihasilkan W.S Rendra:

Aku mendengar suara

Jerit hewan terluka

Ada orang memanah rembulan

Ada anak burung terjatuh dari sarangnya

Orang-orang harus dibangunkan

Kesaksian harus diberikan

Agar kehidupan bisa terjaga

 

Penulis: Widi Suma

Vidio Untuk Anda

Video thumbnail
AFTER MOVIE KONGRES XX
01:51
Video thumbnail
Meta-Talk: Problematika Ormawa | Episode #12
43:26
Video thumbnail
Meta-Talk: Kuliah Luar Negeri Bersama IISMA | Episode #11
41:47
Video thumbnail
MAY DAY - AKSI HARI BURUH | 1 Mei 2023 | Video Jurnalistik
05:51
Video thumbnail
TOLAK UU CIPTA KERJA | 6 April 2023 | Video Jurnalistik
08:38
Video thumbnail
Meta-Talk: Nahkoda Baru Kampus Hitam | Episode #10
58:48
Video thumbnail
After Movie Kongres XIX
01:52
Video thumbnail
Meta-Talk: Mengenal Metanoiac | Episode #9
21:08
Video thumbnail
Video Pengenalan Lembaga Pers Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang 2021-2022
03:47
Video thumbnail
Meta-Talk: Esensi Pengaderan | Episode #8
43:18
Video thumbnail
Meta-Talk: Pers Mahasiswa Dapat Dipercaya(?) | Episode #7
16:18
Video thumbnail
Meta-Talk: Industri Kreatif | Episode #6
15:44
Video thumbnail
Kilas Balik 11 April 2022 | Video Jurnalistik
09:43
Video thumbnail
Meta-Talk: Feminisme | Episode #5
16:13
Video thumbnail
Gelap Terang Kampus Hitam | Video Jurnalistik
15:52
Video thumbnail
Kantin Fana 2 | Video Jurnalistik
03:06
Video thumbnail
Meta-Talk: Self Love | Episode #4
08:11
Video thumbnail
Meta-Talk: Mahasiswa Berprestasi di Luar Jurusannya | Episode #3
10:04
Video thumbnail
Meta-Talk: Mahasiswa vs Organisasi | Episode #2
16:26
Video thumbnail
Meta-Talk: Tahun Baru Bersama Direktur | Episode #1
32:01
Video thumbnail
Menilik Realisasi Janji Pembenahan Kantin | Short Documentary | PERSMA PNUP
10:15
Video thumbnail
Catatan 8 Oktober | Short Documentary | Persma PNUP | Omnibus Law
14:08
Video thumbnail
Suara Demonstran Omnibus Law | 14 Agustus 2020 | Persma PNUP
08:01
Video thumbnail
Opini Mereka Tentang Peran Media di Masa Pandemi COVID-19 | PERSMA PNUP #5
08:58
Video thumbnail
Mahasiswa VS Corona | Pers Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang | Covid-19 | Video Jurnalis #4
10:01
Video thumbnail
New Year New Hope. Kampus 2 Politeknik Negeri Ujung Pandang. Vidio Jurnlistik Persma PNUP #2
08:59
Video thumbnail
Kantin Fana, Video Junrlis Pemindahan Kantin PNUP #1
08:09
Video thumbnail
Pendapat Sivitas Kampus Mengenai WC yang ada di PNUP
04:24
Video thumbnail
DIKLAT BELA NEGARA MABA PNUP 2018 - RINDAM XIV HASANUDDIN
17:19
Video thumbnail
Bela Negara 2018
01:00
Video thumbnail
Wawancara Pengenalan Lembaga PKKMB 2018
02:19
Video thumbnail
CARAKA Malam Bela Negara Mahasiswa Baru Politeknik Negeri Ujung Pandang 2018
01:58
Video thumbnail
Dokumentasi Aksi 2 Mei 2018 oleh Aliansi Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang
10:06
Video thumbnail
Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2018
01:01
Video thumbnail
Pendidikan Pers Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang 2018
01:00
Video thumbnail
Kunjungan Media Online Rakyatku dan Harian Fajar
01:01
Video thumbnail
Tahap Wawancara Anggota Baru Pers Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang
01:01

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU