Paus. Ilustrasi Paus Whalien 52, Selasa (28/9). [Nnd/292]
METANOIAC.id Paus merupakan jenis mamalia laut besar yang selalu hidup berkelompok dengan sesama spesiesnya. Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa hampir tidak pernah ditemukan seekor paus yang hidup di lautan tanpa kelompok ataupun kawanan dalam waktu yang lama.
Whale Alien 52 atau biasa disebut whalien 52 merupakan paus yang diduga tidak bisa mendengar suara paus lain, sebaliknya paus lain tidak bisa mendengar suara whalien 52. Ia hidup sendiri tanpa bisa mendengar dan didengar oleh spesiesnya sendiri.
Paus ini ditemukan pertama kali oleh seorang peneliti biota laut bernama Dr. William Watkins dari Oceanographic Institution Woods Hole. Dr. Watkins menangkap fruekensi suara seekor paus jantan yang berbeda dari yang lain. Paus jantan tersebut menghasilkan suara pada frekuensi 52 Hertz. Frekuensi tersebut lebih tinggi daripada frekuensi komunikasi paus yang pada umumnya berkisar antara 12 sampai 25 Hertz.
Fenomena tersebut cukup langka, di mana peneliti menemukan seekor paus jantan yang hidup sendirian di tengah lautan dalam Samudera Pasifik. Karena kondisinya tersebut, masyarakat menjadikan Whalien 52 ikon dari pengasingan. Bagaimana ia merasa terasingkan dari dunianya sendiri karena dia berbeda dari yang lainnya dan menjalani hidup sendiri karena keterbatasannya.
Salah satu grup asal Korea Selatan, BTS mengadaptasi kisah Whalien 52 menjadi salah satu lagu dari album “The Most Beautiful Moment in Life Part 2” berjudul “Whalien 52” yang dirilis tahun 2015. Di lagu ini BTS menggunakan Whalien 52 sebagai metafora atas keterasingan dari orang lain yang sering dirasakan oleh para remaja. Melalui lirik “Saya menuju masa depan saya, pantai biru itu dan percaya pada hertz saya,” BTS mengutarakan kalau tidak apa-apa berbeda dari yang lain dan teruslah percaya pada suaramu dan bagaimana semua orang berbeda namun unik pada akhirnya.
Selain itu, Band Rock asal Inggris, Dalmatian Rex and the Eigentone telah membuat lagu berjudul “The Loneliest Whale in The World” dan penulis asal Jerman Agnieszka Jurek juga menulis buku anak berjudul 52 Hertz Wal. [Nnd/292]