METANOIAC.Id Samar dan buram adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan tentang tidak jelasnya hubungan antara Tuhan, manusia, dan semesta pada arus kehidupan yang kita arungi hingga saat ini. Sudah terlalu banyak ketidakpastian dan kemungkinan yang terus muncul dalam kehidupan ini. Hubungan dari ketiga aspek yang bersangkutan (Tuhan, manusia, dan semesta) selalu menyisakan misteri yang tiada batas dan mustahil untuk dipecahkan. Inilah yang disebut dengan skenario kehidupan yang telah diracik oleh Yang Mahakuasa diatas segala-galanya dengan mutlak. Banyak dari kita yang selalu terlena dan lupa akan siapa jati diri kita yang sebenarnya dan apa tujuan diciptakannya kita, sehingga masih bisa menghirup oksigen yang bumi ini berikan sampai sekarang ini. Kita manusia, adalah mahkluk yang istimewa karena diberikan akal oleh yang Maha Pencipta dan Maha Pengampun.
Namun miris dan memprihatinkan, masih banyak diantara kita yang selalu lupa untuk terus bersyukur dan terus bersyukur. Kita lupa akan hakikat dihidupkannya kita. Kita semua selalu berbuat salah dan dungu. Terlena dan lalai dengan hal yang menjadi kewajiban untuk diri kita. Namun, bukan manusia namanya jika tidak pernah melakukan kesalahan. Apalagi kesalahan yang bernama “dosa” dikehidupan nyata yang ada sekarang ini. Dalam kehidupan ini, segala sesuatu terkadang realitanya tidak sesuai dengan ekspektasi (distopia). Itulah hidup, sebuah skenario drama yang samar dan tak karuan. Hanya Tuhan yang sadar betapa bobroknya perilaku kita sebagai makhluk ciptaannya. Dilain sisi, di berbagai tempat yang entah dimana lokasi pastinya, akan selalu kita temukan manusia-manusia penyintas yang dengan arogannya memandang diri mereka sebagai Tuhan itu sendiri. Merekalah para pembangkang, pemberontak, dan orang-orang yang munafik dan pendusta. Mereka bisanya hanya bersenang-senang dan berfoya-foya di dunia yang esensinya hanyalah tempat persinggahan bagi kita, sebelum menuju ke tempat pembalasan akan kebobrokan yang telah kita perbuat semasa tinggal di tempat kecil dari luasnya semesta ini.
Kita selalu saja lupa dan tidak tahu berterima kasih terhadap segala nikmat yang diberikan-Nya kepada kita semua. Kita selalu saja berbuat dosa dan luput setiap saat dari hakikat diciptakannya kita. Padahal kita terus diberi nikmat yang membuat kita bisa hidup di dunia ini. Kita terlalu rakus dan tidak pernah puas dengan nikmat yang diberikan-Nya. Seperti salah satu contohnya itu terjadi beberapa waktu yang lalu di Kabupaten Wajo, terjadi sebuah kasus yang dimana kasus tersebut merupakan kegiatan pesugihan. Pesugihan adalah suatu cara untuk memperoleh kekayaan secara instan tanpa harus bekerja keras layaknya orang bekerja pada umumnya dengan syarat melakukan kerja sama dengan setan, jin, atau iblis. Pesugihan yang dilakukan oleh sekeluarga tersebut didapati disebuah video rekaman amatir berdurasi kurang lebih sekitar dua menit dan sempat tersebar di sebuah akun media sosial yang namanya tidak dapat disebutkan. Video tersebut menampilkan proses berlangsungnya ritual pesugihan tersebut, yang dimana di dalamnya tampak dua orang anak kecil yang dibaringkan dan masing-masing dipegang oleh lima orang dengan setiap orangnya ada yang memegang tangan kanan, tangan kiri, kaki kanan, kaki kiri, dan kepala dari si anak. Adapun satu orang tambahan yang berperan sebagai eksekutor dan terlihat si eksekutor itu mencoba untuk mencongkel bola mata anak yang dijadikan tumbal tersebut. Terdengar anak itu menangis dengan sangat histeris & menjerit kesakitan. Ritual ini dimaksudkan sebagai tumbal dalam proses pesugihan yang dilakukan oleh keluarga tersebut. Dari sini dapat kita ambil kesimpulan, bahwa manusia memang terlahir dengan memiliki sifat rakus dan tidak pernah puas secara alami dan sudah menjadi salah satu sifat asli manusia yang paling orisinil. Dewasa ini, kita mestinya berpikir dan terus bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini dan lebih menyadari kebiasaan-kebiasaan buruk yang menyesatkan kita. Kita manusia selalu belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah terjadi di masa lampau. Namun, terkadang kesalahan-kesalahan yang menjadi kebiasaan sukar untuk dihilangkan. Namun kita bisa mencoba untuk terus belajar dan memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi dan menjadi sosok manusia yang ideal dan bermanfaat sebagai penggerak dalam peradaban dan kehidupan dunia di semesta ini . [KIO/327]