Sumber: Pinterest
METANOIAC.id Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang dalam upaya mendewasakan manusia melalui sebuah pengajaran maupun pelatihan. Berjalan dari tahun ke tahun, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan berkembang. Negara Indonesia pun harus mampu bersaing dengan negara-negara yang lain dari segi pendidikan.
Seperti yang kita ketahui sebuah negara dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut juga maju. Namun, saat ini kesadaran para pelajar akan kewajibannya sebagai pelajar perlahan semakin hilang. Belum lagi dengan kondisi Indonesia sekarang yang terindikasi terkena pandemic fatigue alias rasa lelah dan bosan dengan pandemi Covid-19 yang tidak kunjung usai. Sehingga mereka, para pelajar harus tetap melakukan aktivitas pembelajaran di rumah yang dapat memicu kemalasan para pelajar akibat kurangnya kesadaran dari diri sendiri dan juga pengawasan yang kurang dalam pembelajaran online.
Tidak sedikit para pengenyam dunia pendidikan yang hanya mengejar kuantitas bukan kualitas. Mayoritas orang menganggap dan menjadikan nilai seolah-olah acuan utama yang dikejar sedangkan pengetahuan dan keterampilan yang sebenarnya dibutuhkan untuk masa depan hanya dipandang sebelah mata. Terlihat dari banyak sekali di sekitar kita para pelajar yang berusaha mempermudah tugas yang diberikan dengan menggunakan jasa orang lain untuk mengerjakan tugas mereka dan banyak lagi trik kotor lainnya. Citra pendidikan yang selama ini dikenal baik pun tercemar. Menjadi sebuah kebiasaan buruk yang turun temurun.
Kemudian muncul tanya dalam batin. Lantas bagaimana cara mengobati citra pendidikan yang telah tercemar? Kita yang kecil ini bisa apa untuk membantu pendidikan Indonesia? Hanya seorang mahasiswa yang belum bisa membiayai dirinya sendiri dengan segala keterbatasannya, bisa apa untuk pendidikan Indonesia? Mahasiswa yang sering disebut-sebut berperan sebagai “Agent of Change, Social Control, Moral Force, Guardian of Value, dan Iron Stock” dalam kenyataannya bisa apa? Hanya berdiam bungkam ditengah-tengah kaum mayoritas, berpikir dan berdiskusi namun tak bertindak. Sungguh miris idealisme tanpa tindakan. [SLV/335]