METANOIAC.id Rumah Baca Paboya Ri Je’ne, Pegiat Literasi Nusantara, Pasar Gratis Makassar, Ruang Bebas Uang Makassar, dan Katarsis melakukan simpul menggelar aksi diam, lapak baca dan pasar gratis, serta doa bersama untuk almarhum Munir Said Thalib dan korban lainnya di Taman Benteng Fort Rotterdam, Makassar, Selasa (07/09).
Nyong salah seorang pelapak mengungkapkan bahwa hal ini kami lakukan untuk memperingati 17 tahun kematian aktivis hak asas manusia (HAM) Munir Said Thalib, serta menagih komitmen pemerintah yang malah memperlihatkan kegagapannya dalam menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM.
”Hari ini tepat 17 tahun kematian Munir. Namun, pelaku utamanya belum bisa terungkap. Kematian Munir selalu menjadi peringatan bagi pemerintah untuk menuntaskan berbagai pelanggaran HAM berat. Aksi diam merupakan simbolis betapa gagapnya pemerintah dalam hal ini,” ungkapnya.
Ardi yang juga seorang pelapak mengatakan bahwa setiap tahunnya tercatat banyak korban berjatuhan dan terjadi penangkapan terhadap kawan-kawan yang menyuarakan aspirasinya. Bahkan sampai saat ini kasusnya belum juga terselesaikan.
“Peristiwa yang dialami Munir setiap tahun berulang dan juga tercatat banyak korban dan penangkapan atas peringatan aksi-aksi lainnya. Aksi diam ini murni dari inisiatif kawan-kawan yang terlibat dan mayoritas adalah pekerja dan mahasiswa. Tapi, mereka turut serta menyadarkan diri bahwa pentingnya menyuarakan peristiwa-peristiwa kelam masa lampau yang sampai saat ini belum terselesaikan,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa aksi diam dirangkai dengan lapak baca gratis, lapak pasar gratis, serta doa bersama untuk almarhum Munir dan korban lainnya.
“Aksi diam ini kami rangkai dengan lapak baca gratis dan lapak pasar gratis untuk kawan-kawan serta masyarakat yang membutuhkan. Karena kita semua tahu sedang berada di kondisi yang sangat sulit dan penuh ketidakpastian ditambah lagi tidak adanya aksi langsung dari pemerintah, hanya ada penerapa pembatasan sosial yang hanya semakin memperparah keadaan. Serta kami juga melakukan doa bersama untuk almarhum Munir dan korban lainnya,” tambahnya.
Ardi juga berharap agar yang lain bisa kembali terpantik dengan aksi ini dan melakukan peringatan terhadap pemerintah yang masih abai terhadap kasus HAM yang terjadi dan belum terselesaikan.
“Setiap individu punya keresahan yang sama. Resah atas ketidakadilan, resah atas kasus-kasus yang melibatkan perangkat-perangkat keras negara (aparat), resah dengan sistem yang merugikan masyarakat. Kami berharap aksi ini bisa menjadi pengigat bahkan menjadi pemantik untuk kawan-kawan diluar sana, dan sebaga tanda bahaya untuk penguasa,” tutupnya. [CAN/377]