METANOIAC.id Poster “Kemahasiksaan” yang baru-baru ini menggegerkan civitas academica Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) menuai tanggapan dari beberapa mahasiswa. Pasalnya, pembuat poster tersebut belum diketahui identitasnya hingga saat ini, Kamis (22/7).
Poster itu melampirkan gambar Prof. Muhammad Anshar, Lidemar Halide, Muhammad Yunus, Fikar serta Itha dengan beberapa caption terkait pihak birokrasi. Misalnya saja untuk Prof. Muhammad Anshar terdapat ujaran yang berupa “kantin akan saya relokasi pada bulan Mei 2021”; “saya akan selalu menghadiri kegiatan mahasiswa”; atau “saya akan membayar upah lembur pegawai”, sedangkan bagi Itha terdapat ujaran berupa “pencairan dana lembaga sering terhambat”; “muka manis mulut pedis”; “kembalikan saya di keuangan”; atau “alokasi dana semaunya”, dan tiga lainnya masing-masing berisi “saya bukan penghianat” yang ditujukan pada Lidemar Halide, “saya baru kodong tidak tau apa-apa” untuk Muhammad Yunus, serta “yang bening diperlancar” untuk Fikar.
Terkait poster tersebut, kru Metanoiac telah melakukan wawancara dengan tiga lembaga internal PNUP melalui Whatssapp untuk mengetahui sudut pandang mahasiswa terhadap poster “Kemahasiksaan”.
Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HMA) PNUP, Muhammad Nurhaldi mengungkapkan pelayanan bidang kemahasiswaan cukup baik namun mengurus administrasi sulit untuk dipahami. “Karena koordinasi dari kemahasiswaan ke para WD (Wakil Direktur) itu kadang tidak sampai, sehingga ketika mahasiswa mengurus administrasi kelembagaan itu terhambat,” ungkapnya.
Menurutnya, hal itu terjadi karena miss interpretasi dari penyampaian-penyampaian dari kemahasiswan yang beda dengan objek-objek yang berkait dengan bagian kemahasiswaan. Dia juga menambahkan bahwa apa yang tertera pada poster tersebut benar adanya terjadi. Ia juga berharap agar pihak birokrasi jangan keseringan tutup telinga atas curhatan mahasiswa.
Di sisi lain, Ketua Umum UKM Mapala PNUP, Muh. Ilham Nizar mengatakan bahwa pelayanan dari pihak birokrasi terkhususnya di bidang kemahasiswaan untuk UKM Mapala sudah berjalan dengan semestinya, akan tetapi ada beberapa pihak dari oknum kemahasiswaan belum memberikan kejelasan atau transparansi kapan cairnya dana setiap kegiatan-kegiatan lembaga. Ia juga menambahkan bahwa ada beberapa pelayanan-pelayanan lain yang kurang efektif di PNUP.
“Bukannya saya bilang dia tidak bekerja tapi memang kurangnya pelayanan sampah khususnya di UKM. Karena selama ini kita lihat staf-staf dari rumah tangga mungkin bekerja tapi hanya beberapa titik dan tidak memfokuskan di tempat teman-teman berlembaga,” jelasnya. Ia juga menyayangkan pembatasan yang dilakukan pihak kampus terhadap mahasiswa yang tidak melaksanakan lab atau bengkel.
“Kenapa mahasiswa dilarang masuk kecuali lab dan bengkel tapi semua staf-staf yang masuk dalam kampus diperbolehkan? Saya lihat beberapa hari mahasiswa dilarang ke kampus sampai-sampai antri di depan pagar, padahal sudah ada dosen di kantin ada staf-staf rumah tangga di kantin berkerumun ada juga di gedung, ada juga yang bermain bulutangkis,” terangnya.
Selain itu, dia juga bangga pada oknum yang telah membuat poster tersebut, namun menyayangkan karena menurutnya tidak bertanggungjawab terhadap apa yang telah diperbuat. Dia juga menambahkan bahwa ia memihak pada isi kritikan dalam poster tersebut karena belum terealisasi. Dia mengungkapkan harapannya pada oknum pembuat poster dan pihak yang dikritik dalam poster.
“Harapan saya untuk si pembuat poster, berani bertanggungjawab, buktikan bahwa kata-kata dari pak Direktur yang mengatakan lempar batu sembunyi tangan itu tidak benar. Dan untuk orang-orang yang dikritik buktikan juga untuk pelayanan-pelayanan berjalan dengan semestinya, beri kepercayaan kepada kami (mahasiswa) apa yang telah terucap perlu pembuktian dan semoga semua program yang telah disepakati bisa terealisasikan,” tutupnya.
Di pihak lain, Presiden BEM KMPNUP, Muh. Awal mengungkapkan bahwa jika menilai secara subjektif, pelayanan pihak kemahasiswaan kepada BEM tidak seperti yang tertera dalam poster karena BEM membangun komunikasi. Dia juga mengungkapkan bahwa ketika dia atau anggotanya yang naik ke kemahasiswaan tidak pernah dipersulit. Dia juga menambahkan bahwa poin mengenai upah lembur dan kritikan yang ditujukan ke Fikar tidak terlalu diketahui karena menurutnya isi poster tersebut sebenarnya hanya pandangan subjektif saja. Selain itu, ia sepakat dengan kritikan mengenai relokasi kantin dan kegiatan mahasiswa yang jarang dihadiri oleh Direktur PNUP.
“Ada beberapa poin, yaitu relokasi kantin dan kegiatan mahasiswa jarang dihadiri. Saya sepakat dengan itu karena memang jarang hadir, tetapi mungkin beliau sibuk,” jelasnya.
Berdasarkan postingan YouTube Redaksi Metanoiac berjudul “Tahun Baru Bersama Direktur” menit 08.55, kantin dijanjikan selesai sebelum pertengahan tahun 2021. [Tonton di sini]
Dia menduga bahwa poster yang dibuat itu adalah pergerakan individu. “Kayaknya ini pergerakan individu karena tidak dilampirkan apa-apa, tidak ada inisial, tidak ada lembaga, dan kemungkinan besar orang yang buat ini orang iseng. Intinya bukan lembaga yang buat. Kalau lembaga, pasti dilampirkan (inisial),” duganya.
Ia berharap agar ketika ada yang ingin menyampaikan aspirasi, maka dapat disampaikan kepada BEM untuk dikonsultasikan dan didiskusikan, serta tidak bergerak sendiri-sendiri karena BEM telah berdiri dan menjadi kendaraan aspirasi bagi mahasiswa. Dia juga berharap pada Direktur PNUP atau Wadir 1 mengecek langsung bagaimana kemahasiswaan karena menurutnya pandangan subjektif Direktur atau Wadir 1 berbeda.
“Pak Direktur atau pak Wadir 1 lah yang langsung cek bagaimana pelayanan (di kemahasiswaan). Mungkin subjektifnya Pak Wadir 1 atau Pak Direktur juga beda. Tidak ada ancaman untuk itu (pembuat poster). Kalau ada kritikan begitu masuk, balas juga. Kenapa harus diancam?,” tuturnya. [PAT/321 INK/296]