METANOIAC.id Penipuan merupakan tindak pidana yang dilakukan berdasarkan sebuah kebohongan dengan tujuan mendapatkan keuntungan pribadi yang merugikan orang lain. Kasus penipuan telah diatur dalam pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang menyebutkan, “Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat, maupun dengan karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan dengan hukum penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun.”
Kasus penipuan juga kerap kali terjadi di Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) melalui telepon atau pesan singkat. Terkait itu, Minggu, 8 Mei 2021 beredar pesan via Whatsapp yang mengaku sebagai staf Kemahasiswaan. Salah satu yang mendapatkan pesan tersebut adalah Nur Lutfiah, mahasiswi Prodi D4 Akuntansi Manajerial sekaligus penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Ia mendapatkan pesan tersebut pada Minggu, 8 Mei 2021 pukul 11.07 WITA.
“Saat mendapatkan pesan tersebut, saya konsul dulu dengan teman karena kemarin juga ada edaran kalau terdapat penipuan sehingga saya tidak respon,” ucapnya saat dimintai keterangan via Whatsapp sekitar pukul 21.00 WITA.
Kemudian korban selanjutnya, menyampaikan tidak ingin diketahui identitasnya, dengan alasan Ia takut kalau perbuatannya diketahui oleh pihak keluarganya. Sebut saja Dhani (nama samaran), kepada crew Metanoiac, ia menceritakan kronologi penipuan yang dialaminya.
Chat. Tangkapan layar penggalan chat pelaku dan korban, Minggu (8/5). [Ist]
Dhani mendapatkan pesan via Whatsapp sekitar pukul 11.00 WITA dengan mengatasnamakan Fikar, Kemahasiswaan PNUP. Sebelum melakukan aksinya, pelaku memastikan bahwa Dhani merupakan mahasiswa penerima KIP Kuliah dan meminta untuk dikirimkan foto buku tabungan dengan alasan melakukan pengecekan kode aktivasi. Selanjutnya, dalam pesan tersebut, pelaku menyampaikan bahwa ATM KIP yang dimiliki Dhani tidak dapat terkirim ke rekening untuk semester selanjutnya dan Dhani diharuskan pergi ke ATM agar dapat diperbaiki.
“Silakan ke mesin ATM dek, biar kembali normal rekening penerima KIP ta. Bisa di percepat dek karena jangan sampai kode aktivasinya kadaluwarsa,” kata si pelaku dalam chat via Whatsapp, Kamis (8/5).
Saat itu, Dhani menuju dan tiba di ATM sekitar pukul 11.57 WITA, pelaku menelepon Dhani untuk mengecek saldo.
“Sisa saldo di ATM KIP saya kurang dari Rp 500 ribu dan katanya (pelaku) harus lebih dari itu. Kebetulan saya ada ATM yang satu tetapi atas nama orang tua. Setelah itu, masuk lagi di ATM, dia (pelaku) arahkan saya untuk tekan ATM menggunakan pilihan Bahasa Inggris. Saya ikuti saja arahannya,” ucap Dhani.
Dhani mengetahui kalau arahan tersebut merupakan menu untuk melakukan transfer meskipun menggunakan Bahasa Inggris. Namun, dalam pengakuannya Dhani tetap mengikuti arahan dari pelaku.
“Saat keluar setruknya, baru saya katakan bukan kah penipuan ini?,” cerita Dhani.
Setelah melakukan transfer, Dhani baru bertanya dalam grup KIP Kuliah, apakah ada yang mendapat pesan dari pelaku yang mengaku sebagai Fikar, staf Kemahasiswaan. Namun, informasi yang didapatkan oleh Dhani bahwa hal tersebut merupakan penipuan.
“Saat cerita ke teman, dia bilang kalau saya dihipnotis lewat suara, tetapi saya juga tidak benarkan itu karena saya masih keadaan sadar. Selesai transaksi baru ngeh (mengerti),” kata Dhani.
“Dia (pelaku) sedang bicara dengan pihak bank, setelah itu ganti orangmi. Selesai transaksi masih dihubungi saya, katanya mau diakumulasi itu ATM, tetapi saya tidak paham juga maksudnya,” tambahnya.
Setruk. Foto setruk sebagai bukti telah melakukan transfer uang, Minggu (8/5). [Ist]
Setelah meminta foto buku tabungan, pelaku juga meminta kertas setruk hasil transfer dan pelaku berusaha meyakinkan Dhani dengan mengirimkan pesan, telepon, dan Voice Note via Whatsapp
“Saya bicara dulu sama pihak bank BRI cabang Tamalanrea. Makanya, foto dulu kertasnya dek,” potongan chat pelaku bersama Dhani.
“Bisa angkat telepon saya. Jangan sampai rekening Anda terblok. Maaf kalau datanya terkunci bukan salah saya,” chat si pelaku sekitar pukul 14.00 WITA.
“Uang Anda ada ko, tidak berkurang. Makanya saya mau bicara, supaya saya jelaskan. Jangan salahkan kami kalau kami lepas tanggung jawab,” tambahnya
“Saya sudah bilang, saya niatnya baik makanya saya hubungi Anda, kita membantu Anda bukan menipu Anda. Ini bulan suci Ramadan ya,” suara pelaku dalam VoiceNote (VN) Whatsapp.
Setelah Dhani mengetahui kalau Ia mengalami kasus penipuan, Dhani berusaha untuk menghubungi pihak bank. “Tadi malam sempat melapor di call center BRI untuk blok uangnya tetapi habis saya punya tm all operator. Jadi rencana lagi nanti mau hubungi kembali,” tutur Dhani, Minggu (9/5).
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan crew Metanoiac pada Minggu, (9/5) pukul 00.01 WITA, Dhani merupakan mahasiswa Jurusan Teknik Sipil PNUP. Setelah mendapat keterangan dari Dhani, crew Metanoiac meminta tanggapan dari Ahmad Zubair selaku Wakil Direktur 1 bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni PNUP via Whatsapp.
“Percobaan penipuan seperti ini terjadi hampir tiap tahun, kalau bukan dari sumber resmi (website poliupg, broadcast SMS lewat nomor CUG kartu halo, surat resmi berkop PNUP) sebaiknya jangan dipercaya,” katanya sekitar pukul 10.46, Minggu (9/5).
Keesokan harinya, Senin (10/5) crew Metanoiac menemui Ahmad Zubair di ruangannya. Ia mengatakan, telah melakukan peringatan. “Saya mendapat informasi dari staf Kemahasiswaan pada Jumat, 7 Mei sekitar jam 08.00 WITA. Setelah saya terima, saya sampaikan ke beberapa media. Ada pemberitahuan di Facebook dan Whatsapp, grup Bidikmisi dan KIP Kuliah juga. Selain itu, saya juga sampaikan agar jangan dilayani,” ucapnya.
“Saya tidak tau kebocoran data darimana, karena data mahasiswa dapat dilihat di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti). Namun, di situ tidak ada mencantumkan nomor telepon,” tambahnya.
Selain itu, Ia mengaku bahwa sampai saat ini belum mendapat laporan kalau ada mahasiswa yang menjadi korban penipuan melalui pesan singkat tersebut. “Belum, belum ada yang melapor. Kalau ada bukti yang cukup, ini bisa ditindaklanjuti di pihak kepolisian,” tambahnya.
Selanjutnya, adapula SMS yang beredar dengan mengatasnamakan dirinya. “Saya prihatin juga, artinya surat resmi bukan model begitu. Dalam SMS itu, menyebutkan Mahasiswa Baru 2021, sementara tujuan dalam SMS itu, ‘Maba PNUP20’. Dana yang diminta sebesar Rp 4 Juta, sementara UKT PNUP sebesar Rp 2.4 Juta,” jelasnya.
Dalam pencairan dana untuk penerima beasiswa, mahasiswa tidak terlibat langsung dengan pihak Jakarta, kecuali pada awal mendaftar. Setelah lulus, semua pengurusan lewat Kemahasiswaan PNUP. Untuk pencegahan selanjutnya, Ahmad Zubair menyebutkan akan tetap melakukan imbauan agar berhati-hati terhadap nomor telepon yang tidak dikenal, khususnya calon Mahasiswa Baru.
Kemudian, sekitar pukul 13.35 WITA, crew Metanoiac mencoba meminta tanggapan dari staf Kemahasiswaan. Namun, saat itu staf Kemahasiswaan belum bersedia untuk diwawancarai.
Dari situ, crew Metanoiac berencana melakukan wawancara bersama Prof. Muhammad Anshar, Direktur PNUP. Namun, Ia tidak berada di tempat karena saat itu sedang melakukan i’tikaf di Masjid, Senin (10/5) sekitar pukul 14.15 WITA.
Lebih lanjut, pada 11 Mei 2021, Rifky Hafid, selaku Ketua Umum Keluarga Mahasiswa Bidikmisi (KMBM) PNUP menyampaikan bahwa ia juga sempat mendapat pesan penipuan. Kemudian pihaknya telah menyebarluaskan kalau hal tersebut merupakan penipuan.
“Sudah disebar melalui Instagram dan broadcast kemarin dan rencananya kami akan menghadap sudah lebaran atau kuliah sudah normal kembali untuk menyelesaikan masalah ini,” ucapnya saat diwawancarai
Ia menambahkan, belum mendapatkan data yang valid untuk jumlah orang yang telah mendapatkan kasus penipuan. “Kasus penipuan ini telah menimpa mahasiswa Bidikmisi/KIP Kuliah dan ada juga mahasiswa yang telah melakukan transfer uangnya ke oknum tersebut sebesar Rp 3.5 Juta,” tuturnya saat diwawancarai via Whatsapp sekitar pukul 21.00 WITA.
Rifky menuturkan, pihak KMBM sementara melacak pelaku yang telah melakukan penipuan tersebut. “Masih cari tau siapa orangnya ini, sempat orang dikenal atau terdekat. Karena kami juga bingung tidak mungkin bisa dapat semua nomor (telepon) mahasiswa KIP Kuliah. Orang terdekat yang dimaksud adalah orang dari KMBM dan KIP Kuliah sendiri,” duganya.
Berikutnya, crew Metanoiac menghubungi kembali Dhani pada Kamis (13/5) mengenai tindak lanjut bersama pihak bank yang telah disampaikan sebelumnya. Ia memilih untuk tidak melanjutkan kasus tersebut. “Tidak saya lanjut pelaporannya karena saat itu habis tm dan nantinya akan ribet,” ucapnya sekitar pukul 17.35 WITA via Whatsapp. [INK/296 HR/332 PAT/321]