Selasa, Desember 10, 2024

Selamat Jalan Presiden Malioboro

| METANOAIC | Torehan Tinta Pergerakan |                          | METANOAIC | Torehan Tinta Pergerakan |                          | METANOAIC | Torehan Tinta Pergerakan |

Hingga menjelang akhir semester lima, Saya sangat benci dengan yang namanya puisi. Bagiku, puisi hanyalah kalimat absurd, sekalipun penyair menggunakan kata-kata penuh estetis, namun dengan arogan Saya tetap berpendirian bahwa puisi hanyalah ilusi yang menipu.

Menurutku, orang-orang yang mengambil jalan puisi hanyalah “manusia gelandangan” yang tidak memiliki tujuan hidup serta dikalahkan oleh kehidupan sehingga mengambil jalan pintas menulis syair-syair indah demi menghibur hatinya yang sedang kalut.

Waktu berjalan sesuai dengan ketentuannya, terkadang apa yang dibenci justru berubah menjadi cinta dan begitupun sebalikya. Bukankah Tuhan telah menegaskan dalam Firmannya, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal Ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal Ia amat buruk bagimu.”

Perkenalanku dengan puisi bermula dengan membaca esai “Presiden Malioboro” yang ditulis oleh Emha Ainun Nadjib, entah angin apa yang berhembus sehingga jari-jari ini berkeliaran di google dan menemukan situs caknun.com.

Sosok presiden malioboro yang digambarkan oleh Cak Nun sangat misterius sekaligus langka, ditambah lagi dengan kisah percintaan yang diceritakannya membuat Saya kemudian berpikir bahwa hal ini tidak masuk akal bahkan sangat mustahil, bahkan sukar menemukan orang yang meninggalkan kampung halamannya kemudian merantau hanya karena senang dengan konsep pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara.

Beliau bernama Umbu Landu Paranggi, satu-satunya guru yang diakui Cak Nun. Minggat dari Sumba kemudian berlayar menuju Yogya dengan tujuan menempuh pendidikan di Taman Siswa. Namun cita-citanya tidak tercapai karena terlambat mendaftar. Beliau tidak menyerah dan tetap melanjutkan sekolahnya dan itulah garis hidup yang ditentukan Tuhan untuknya.

Di sekolah itulah beliau senang menulis puisi kemudian bekerja di Redaksi Pelopor Yogya sekaligus menginisiasi pembentukan komunitas Persada Studi Klub (PSK) yang sangat terkenal di zamannya dan banyak melahirkan sastrawan muda.

Baca Juga:  KAMPUS HITAM, KAMPUS GAIB

Iman Budhi Santosa merupakan kesatria generasi pertama PSK berkata bahwa kelebihan Umbu adalah caranya dalam memperkenalkan sastra, bukan hanya lewat teori dan pelajaran di kelas, tetapi memperkenalkan sastra melalui pengalaman.

Akhirnya setelah mencari banyak literatur mengenai sosok Umbu, Saya menemukan sebuah karya beliau yang mampu menghipnotis sekaligus merubah pikiranku mengenai puisi. 

Puisinya berjudul “Melodia”.

 

Cintalah yang membuat diri betah untuk sesekali bertahan

Karena sajak pun sanggup merangkum duka gelisah kehidupan

Baiknya mengenal suara sendiri

Dalam mengarungi suara-suara luar sana

Sewaktu-waktu mesti berjaga dan pergi

Membawa langkah ke mana saja

Karena kesetiaanlah maka jinak mata dan hati pengembara

Dalam kamar berkisah

Taruhan jerih memberi arti kehadirannya

Membukakan diri, bergumul  dan merayu

Hari-hari tergesa berlalu

Meniup seluruh usia, mengitari jarak dalam gempuran waktu

Takkan jemu-jemu napas bergelut disini

Dengan sunyi dan rindu menyanyi

Dalam kerja berlumur suka duka

Hikmah pengertian melipur damai

Begitu berarti kertas-kertas di bawah bantal

Penanggalan penuh coretan

Selalu sepenanggungan,

Mengadu padaku dalam deras bujukan

Rasa-rasanya padalah dengan dunia sendiri manis,

Bahagia sederhana

Di ruang kecil papa,

Tapi bergelora hidup kehidupan da berjiwa

Kadang seperti terpencil,

Tapi gairah bersahaja harapa impian

Yang teguh mengolah nasib

Dengan urat biru di dahi dan kedua tangan

Presiden Malioboro pantas disandang oleh Umbu. Sebagai kepala Negara Malioboro beliau banyak memberikan hikmah bagi rakyatnya, salah satu ucapan yang pernah dilontarkan Cak Nun. Puluhan tahun kemudian Saya menyadari bahwa Saya tidak berbakat menjadi penyair, dan ternyata yang Saya pelajari dari Umbu bukanlah penulisan puisi, melainkan “Kehidupan Puisi”.

Kehidupan puisi itulah ideologi Negara Malioboro, segala sendi-sendi kehidupan dirangkum oleh “Puisi”.

Baca Juga:  Menilik Sejarah dan Pencapaian Wisata Dewi Lamsang

Setelah masa jabatan Umbu berakhir di Malioboro, beliau kemudian berlabuh ke Bali hingga menghembuskan nafas terakhirnya disana tepat hari ini. Namun, “nafas puisi” Umbu tetap abadi di dunia ini.

Umbu Landu Paranggi  adalah sosok guru yang tidak menggurui.

Banyak pembejaran yang dapat saya petik dari sosok Umbu, meskipun Saya tidak pernah bertemu secara langsung dengan beliau. Entah mengapa, setiap kata dari karyanya memikat jiwa ini untuk mencintai puisi.

Penulis: A. Wira Hadi Kusuma

Vidio Untuk Anda

Video thumbnail
AFTER MOVIE KONGRES XX
01:51
Video thumbnail
Meta-Talk: Problematika Ormawa | Episode #12
43:26
Video thumbnail
Meta-Talk: Kuliah Luar Negeri Bersama IISMA | Episode #11
41:47
Video thumbnail
MAY DAY - AKSI HARI BURUH | 1 Mei 2023 | Video Jurnalistik
05:51
Video thumbnail
TOLAK UU CIPTA KERJA | 6 April 2023 | Video Jurnalistik
08:38
Video thumbnail
Meta-Talk: Nahkoda Baru Kampus Hitam | Episode #10
58:48
Video thumbnail
After Movie Kongres XIX
01:52
Video thumbnail
Meta-Talk: Mengenal Metanoiac | Episode #9
21:08
Video thumbnail
Video Pengenalan Lembaga Pers Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang 2021-2022
03:47
Video thumbnail
Meta-Talk: Esensi Pengaderan | Episode #8
43:18
Video thumbnail
Meta-Talk: Pers Mahasiswa Dapat Dipercaya(?) | Episode #7
16:18
Video thumbnail
Meta-Talk: Industri Kreatif | Episode #6
15:44
Video thumbnail
Kilas Balik 11 April 2022 | Video Jurnalistik
09:43
Video thumbnail
Meta-Talk: Feminisme | Episode #5
16:13
Video thumbnail
Gelap Terang Kampus Hitam | Video Jurnalistik
15:52
Video thumbnail
Kantin Fana 2 | Video Jurnalistik
03:06
Video thumbnail
Meta-Talk: Self Love | Episode #4
08:11
Video thumbnail
Meta-Talk: Mahasiswa Berprestasi di Luar Jurusannya | Episode #3
10:04
Video thumbnail
Meta-Talk: Mahasiswa vs Organisasi | Episode #2
16:26
Video thumbnail
Meta-Talk: Tahun Baru Bersama Direktur | Episode #1
32:01
Video thumbnail
Menilik Realisasi Janji Pembenahan Kantin | Short Documentary | PERSMA PNUP
10:15
Video thumbnail
Catatan 8 Oktober | Short Documentary | Persma PNUP | Omnibus Law
14:08
Video thumbnail
Suara Demonstran Omnibus Law | 14 Agustus 2020 | Persma PNUP
08:01
Video thumbnail
Opini Mereka Tentang Peran Media di Masa Pandemi COVID-19 | PERSMA PNUP #5
08:58
Video thumbnail
Mahasiswa VS Corona | Pers Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang | Covid-19 | Video Jurnalis #4
10:01
Video thumbnail
New Year New Hope. Kampus 2 Politeknik Negeri Ujung Pandang. Vidio Jurnlistik Persma PNUP #2
08:59
Video thumbnail
Kantin Fana, Video Junrlis Pemindahan Kantin PNUP #1
08:09
Video thumbnail
Pendapat Sivitas Kampus Mengenai WC yang ada di PNUP
04:24
Video thumbnail
DIKLAT BELA NEGARA MABA PNUP 2018 - RINDAM XIV HASANUDDIN
17:19
Video thumbnail
Bela Negara 2018
01:00
Video thumbnail
Wawancara Pengenalan Lembaga PKKMB 2018
02:19
Video thumbnail
CARAKA Malam Bela Negara Mahasiswa Baru Politeknik Negeri Ujung Pandang 2018
01:58
Video thumbnail
Dokumentasi Aksi 2 Mei 2018 oleh Aliansi Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang
10:06
Video thumbnail
Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2018
01:01
Video thumbnail
Pendidikan Pers Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang 2018
01:00
Video thumbnail
Kunjungan Media Online Rakyatku dan Harian Fajar
01:01
Video thumbnail
Tahap Wawancara Anggota Baru Pers Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang
01:01

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU