Pernyataan. Tangkapan layar penggalan pernyataan WD I yang diunggah pada Metanoiac.id, Minggu (7/3). [INK/296]
METANOIAC.id Sehubungan dengan terbitnya berita yang bertajuk “SIMAK Bermasalah, SIMPONI Mulai Digunakan“ pada Metanoiac.id sendiri, ternyata mendapat tanggapan dari Eddy Tungadi selaku Kepala Program Studi (Kaprodi) D4 Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) mengenai pernyataan Ahmad Zubair Sultan, Wakil Direktur (WD) I.
Adapun penggalan pernyataan yang dimaksud dalam berita sebelumnya yakni “Alasan utama penggantian tersebut dikarenakan pengembangan SIMAK yang sudah tidak memungkinkan.”
Terkait hal tersebut, Eddy menyampaikan bahwa SIMAK bisa dikembangkan. “SIMAK bisa dikembangkan dan tim SIMAK sepanjang yang saya tahu sudah siap mengembangkan tapi usulan mereka ditolak,” jelas Eddy saat diwawancarai via Chat Whatsapp, Sabtu (27/2).
Terkait hal tersebut, crew Metanoiac melakukan wawancara lebih lanjut melalui telepon Whatsapp terhadap Difal selaku pembuat SIMAK, Sabtu (27/2) lalu. Ia mengatakan bahwa ia membuat SIMAK bersama Dimas. Mereka telah mempresentasikan master plan Information Technology (IT) jangka panjang versi teamwork di depan para WD.
“Master plan IT jangka panjang versi teamwork sudah dipresentasikan depan wakil-wakil direktur, bahkan sudah kami share untuk membantu kontribusi disisi akreditasi. Akan tetapi kan mengenai pengembangan itu, kami juga ibaratnya menunggu juga kebutuhan dari kampus itu sendiri mau kearah mana,” ucapnya.
“Kalau dari kami sejujurnya sangat siap, maksudnya kami sangat welcome dan sistem ini sangat fleksibel untuk dikembangkan tanda kutip tidak ada kekurangannya,” tambahnya.
Meski begitu, Difal tidak menyampaikan secara jelas soal usulan mereka yang ditolak oleh pihak birokrasi.
Sebelum itu, SIMAK dibuat atas usulan Ibrahim Abduh sebagai mantan WD I periode 2014–2018. Ibrahim menugaskan mahasiswa prodi TKJ bernama Difal dan Dimas untuk menangani program pembuatan SIMAK dibantu dengan beberapa masukan dari stakeholder yakni mahasiswa, dosen, alumni, staf, dan pimpinan. SIMAK dibuat untuk mengelola data akademik agar lebih terperinci, mudah diatur, serta rekapan nilai yang mudah untuk dilihat.
Ibrahim membenarkan bahwa SIMAK dapat dikembangkan. “SIMAK tidak bermasalah dan bisa dikembangkan, namun membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih besar. Karena itulah alasan pimpinan beralih,” ucapnya saat berada di ruangannya, Senin (1/3).
Sementara Ahmad Zubair mengungkap pernyataannya pada waktu itu dikarenakan ada pengembangan yang diminta oleh pihak birokrasi, namun hal tersebut tidak dapat disediakan. “Kontraknya tidak terealisasi jadi anggaran kembali ke negara. Apa yang diminta tidak dapat disediakan oleh pengembang,” ungkapnya, Rabu (3/3).
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, crew Metanoiac berkesempatan bertemu Apollo sebagai mantan Kepala Bagian (Kabag) Akademik dan Kemahasiswaan. Ia juga menanggapi bahwa SIMAK sudah dibeli oleh PNUP. Namun, source code hanya diketahui oleh pembuat SIMAK, sehingga tim IT Politeknik tidak dapat mengembangkan fitur-fitur yang ada di dalam SIMAK.
Ia menambahkan bahwa PNUP telah menyediakan anggaran sebesar Rp50 juta untul pengembangan fitur SIMAK. Dengan adanya dana tersebut, Apollo memanggil semua stakeholder untuk membicarakan pengembangan SIMAK.
“Pada saat itu saya memanggil seluruh stakeholder, bahwa apa yang mau dikembangkan atau usulan-usulan apa yang mau ditambahkan, karena SIMAK kan belum masuk kepegawaian, keuangan masih belum terpadu. Saat itu saya tawarkan dan pengembangnya siap dan juga dihadiri Ibrahim Abduh, Eddy Tungadi sebagai pionir,” ucapnya.
Untuk prosedur pembuat SIMAK harus memasukkan proposal ke Direktur PNUP kemudian dievaluasi terkait layaknya atau tidak. Namun hal itu terhambat karena pembuat SIMAK tidak memasukkan proposal mengenai pengembangan fitur yang akan dilakukan.
“Kenyataan pada saat itu dia tidak masukkan (proposal). Saat akhir tahun, dia baru datang menagih uangnya dan saat itu sudah tutup anggaran. Jika langsung diberikan uangnya, itu pelanggaran. Difal juga sempat menghadap ke direktur pada bulan januari, namun tidak ada juga surat yang masuk. Sayang sekali sebenarnya,” ungkapnya.
Akan tetapi, ia merasa kecewa pasalnya ia telah mengingatkan bahwa perencanaan launching SIMAK akan dilakukan sebelum penerimaan Mahasiswa Baru 2019.
“Saya sering komunikasi dengan Difal, namun lama tidak dibalas. Saya jengkel juga karena sudah pernah dijanji bulan Agustus dan saya bilang harus dilaunching sebelum masuk maba tahun 2019,” ucapnya.
Ia juga menuturkan bahwa sebelum SIMPONI diadakan, ada studi banding di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). “Kami, tim berangkat bulan Januari. Saya, Eddy Tungadi, Ibrahim Abduh, Syahrir, Ibu Alam,” tutupnya, Jumat (5/5).
Saat ini, SIMPONI hanya dapat diakses oleh mahasiswa angkatan 2020. Sementara mahasiswa angkatan 2017-2019 hanya dapat mengakses SIMAK. Hal ini dikarenakan migrasi data dari SIMAK ke SIMPONI dilakukan secara bertahap. [AN/336 NTA/320]