Oleh : Hamba Allah
METANOIAC.id "Menjadi
Perguruan Tinggi Vokasi yang Unggul di Indonesia dan Mampu Bersaing secara
Global pada Tahun 2025." Begitu kira-kira bunyi visi Politeknik Negeri
Ujung Pandang (PNUP) yang di nahkodai oleh Prof. Muhammad Anshar, selaku
direktur PNUP atau dikenal dengan sebutan “poltek”. Perlu kita ketahui bersama
bahwa orientasi pendidikan vokasi atau kejuruan sebagai bagian dari sistem
pendidikan nasional memainkan peran yang sangat strategis bagi terwujudnya
tenaga kerja yang terampil.
Dari
berbagai kajian bahwa peluang untuk memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan berkelanjutan dari suatu negara akan semakin besar jika didukung oleh SDM
yang memiliki: (1) pengetahuan dan kemampuan dasar untuk menyesuaikan diri
dengan tuntutan dan dinamika perkembangan yang tengah berlangsung; (2) jenjang
pendidikan yang semakin tinggi; (3) keterampilan keahlian yang berlatar
belakang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek); dan (4) kemampuan untuk
menghasilkan produk-produk baik dari kualitas maupun harga, mampu bersaing
dengan produk-produk lainnya di pasar global.
Berdasarkan
data dari Badan Statistik Nasional (BPS) pada tahun 2011, 82,1 juta tenaga
kerja Indonesia diisi kelompok unskill workers (pekerja yang tidak punya skill
atau kompetensi di bidangnya). Kelompok unskill workers ini mayoritas lulusan
sekolah umum sedangkan kelompok di atasnya yaitu sebesar 20,4 juta orang diisi
skill workers (pekerja dengan skill atau kompetensi dibidangnya). Untuk komposisi
teratas yang merupakan pekerja expert (ahli) diisi dengan 4,8 juta orang.
Melihat kondisi seperti ini Indonesia akan sulit bersaing dengan negara lain
dalam era globalisasi dan persaingan yang ketat sekarang saat ini maupun di
masa yang akan datang.
Berdasarkan
kenyataan tersebut, menjadi tanggung jawab dunia pendidikan khususnya
pendidikan vokasi untuk dapat menghasilkan lulusan yang kompeten. Oleh karena
itu kompetensi yang akan dikembangkan melalui proses pembelajaran harus merujuk
pada kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia industri. Salah satu mata kuliah di
perguruan tinggi yang sangat penting dan strategis untuk pembentukan kompetensi
adalah mata kuliah praktik. Oleh sebab itu dipandang sangat penting untuk
selalu meningkatkan mutu proses pembelajaran praktik.
Dilansir
dari Instagram @kamupipnup (official akun lembaga eksternal kampus PNUP)
terhadap penindaklanjutan surat keputusan Direktur terkait program hafalan juz
30 peserta mentoring. Pada tanggal 3 Februari 2021 telah dilaksanakan rapat
kerjasama di ruang rapat yang dihadiri oleh Direktur dan jajarannya, seluruh
Dosen Agama Islam, Ustadz Muhammad Fakhrurrazi Anshar, perwakilan kamupi PNUP,
serta beberapa pihak yang terkait untuk membahas program penyetoran hafalan
tersebut. Memorandum of Understanding
(MOU) telah di tanda tangani langsung Direktur PNUP dan bekerjasama dengan Ustadz
Muhammad Fakhrurrazi Anshar selaku Ketua Yayasan Markaz Hijrah Indonesia. Point
inti dari MOU tersebut 𝐌𝐚𝐡𝐚𝐬𝐢𝐬𝐰𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐢𝐤𝐮𝐭𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐭𝐨𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐀𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭𝐚𝐧 𝟐𝟎𝟐𝟎 𝐰𝐚𝐣𝐢𝐛 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐭𝐨𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐟𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐣𝐮𝐳 𝟑𝟎𝐧𝐲𝐚.
Tidak
ada yang salah dari penerapan aturan hafalan tersebut, namun kita harus lebih
bijak dalam melihatnya. Pertanyaannya, apakah hasil dari hafalan tersebut dapat
menunjang tercapainya visi dari PNUP sebagai Perguruan Tinggi Vokasi yang
Unggul di Indonesia dan Mampu Bersaing secara Global pada Tahun 2025?
Di
sisi lain kita juga harus bijak melihat kepadatan jadwal mahasiswa dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan setiap harinya. Meminjam istilah Adam Smith
“There ain't no such thing as a free
lunch”, sama halnya di poltek sendiri ”There
ain’t no such thing as a free day”. Apalagi di masa pandemi saat ini,
perkuliahan harus tetap dimaksimalkan demi menjaga nama baik kualitas
pendidikan di poltek sendiri, karena pendidikan vokasi adalah orientasi kerja
jadi peserta didik harus lebih banyak di bengkel ataupun lab daripada perkuliahan
teoritis. Jadi, Civitas akademika harus berpikir ekstra dan hati-hati dalam
pengambilan keputusan, karena harus menjaga kualitas “proses belajar mengajar”
dan pencegahan covid. Dari beberapa data dan fakta yang penulis terangkan, kita
kembali ke permasalahan utama, Apakah hasil dari hafalan surah tersebut dapat
menunjang tercapainya visi dari poltek sendiri? Sebenarnya para pemangku
jabatan di lingkup poltek harus lebih bijak dalam memutuskan sesuatu.
Masih
banyak yang harus di benahi dari proses belajar mengajar di poltek, apalagi
perkuliahan online yang kurang maksimal dalam menunjuang pembelajaran
profesional. Apa bedanya ikut kelas online dengan belajar di youtube?. Melihat
perjuangan orangtua demi menutupi beban UKT, makan sehari-hari, dan biaya hidup
lainnya membuat saya berpikir untuk tidak melanjutkan perkuliahan apalagi
dengan pelayanan yang sangat tidak maksimal, serta kebijakan yang asal-asalan.
Bukannya memperbaiki sistem pembelajaran, malah menambah beban yang ada, apakah nantinya
kampus ini akan menjadi Politeknik Islam Ujung Pandang?
⚠️ DISCLAIMER ⚠️
Rubrik opini ini adalah tanggung jawab personal penulis dan tidak menjadi bagian dari tanggung jawab redaksi METANOIAC.Id
0 Komentar