Senin, Desember 9, 2024

Menuhankan Penampilan

| METANOAIC | Torehan Tinta Pergerakan |                          | METANOAIC | Torehan Tinta Pergerakan |                          | METANOAIC | Torehan Tinta Pergerakan |

Entah kenapa akhir-akhir ini saya sangat tertarik dengan Tuhan, utamanya kata Tuhan. Entitas yang punya segalanya, yang memiliki kuasa atas kehidupan yang ada di alam semesta, serta keberadaan dan segala sangkut paut langsung mengenai personanya yang tak bisa jika dinalar oleh manusia yang sangat terbatas. Ia tidak bisa dijelaskan oleh logika secara keseluruhan dan perlu believe and trust atau dalam bahasa Indonesianya diterjemahkan yaitu percaya padahal kata tersebut berbeda. penampilan

Namun sekarang kita tak perlu untuk mengkritik kekurangan dari kekayaan perbendaharaan kata dan makna Bahasa Indonesia toh juga saya dan kalian tidak dapat mengubahnya secara resmi untuk sekarang. Yang akan saya bahas sekarang bukan filsafat Tuhan yang mempertanyakan eksistensi Tuhan meskipun saya sangat ingin menuliskannya. Keterbatasan ilmu dan waktu adalah penyebabnya. 

Konsep Tuhan atau bertuhan selain digunakan untuk mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati akan adanya Tuhan, juga digunakan dalam hal lain. Lebih tepatnya pada penggunaan kata Tuhan pada pembentukan tatanan sosial di negeri ini. Saya menyebutnya dengan istilah menuhankan penampilan. 

Konsep ini berlangsung ketika masyarakat pada umumnya akan melihat dua jenis penampilan yang bertolak belakang. Contohnya jika si A adalah pria berumur 20 melakukan aktivitas sehari-harinya dengan memakai pakaian yang sederhana seperti kaos oblong, celana jeans robek dan sandal jepit merek Swallow lusuh ditambah dengan wajah dan rambut gondrong dan si B yang punya tampang good looking berpakaian kemeja rapi atau pakaian agamais seperti baju koko dan sarung lengkap dengan peci yang melekat di kepalanya.

Berawal dari penampilan yang terlihat sudah gamblang bahwa masyarakat mayoritas akan menilai buruk si A baik dari perilaku, sifat, maupun pikiran yang ada di dalam kepalanya. Apakah anda merasa was-was atau takut jika bertemu dengan orang yang ciri-cirinya saya gambarkan seperti sosok si A?.

Baca Juga:  Aliansi KMPNUP Siap Perjuangkan Hak Mahasiswa PNUP Melalui Enam Tuntutan

Lain halnya dengan si B, orang-orang akan menilai bahwa pribadi B adalah orang baik dari segi perilaku, sifat maupun isi kepalanya jika dibandingkan dengan si A. Sekarang saya bertanya lagi apakah anda merasa was-was atau takut jika bertemu atau berada di dekat si B? Masyarakat kebanyakan akan menilai baik orang yang bertampang dan berpenampilan menarik jika dibandingkan dengan orang yang tampang dan penampilannya tidak menarik atau kasarnya saya bilang mereka jelek. 

Bagaimana jika si B ternyata adalah pria yang memiliki catatan kriminal ataupun perilaku menyimpang lainnya yang bersembunyi di balik pakaian yang ia kenakan. Bisa jadi demikian, ataupun benar adanya jika memang ia adalah pribadi yang taat beragama, shalat lima waktu tidak pernah ia tinggalkan, hubungan vertikal antara dirinya dengan Tuhan sangat intim, seperti itulah yang masyarakat kira berintegritas baik. Tapi sangat disayangkan jika ternyata semua hubungan vertikal dengan Tuhan hanya sekedar simbol-simbol penghambaan semata. Orang-orang seperti inilah yang pada kesehariannya merawat intoleransi, apatis akan kemanusiaan, dan tidak peka akan sosial sesamanya.

Orang yang sehari-harinya seperti penggambaran si A ternyata punya isi pikiran yang terbuka, ia menomor satukan kemanusiaan, ia peka akan problem sesamanya. Meskipun penampilannya seperti itu ia tetap percaya Tuhan dan menghamba kepadanya namun si A tidak haus pujian dari orang lain, tidak seperti si B yang menjadikan penampilan sebagai alat untuk menipu masyarakat.

Dikotomi antara si A dan si B inilah yang melahirkan konsep menuhankan penampilan. Artinya masyarakat akan menilai integritas seseorang berdasarkan apa yang mereka lihat, yang mereka anggap baik dan benar dari segi penampilan akan menurun ke penilaian sikap, sifat serta isi pikirannya. Saya tidak mengatakan justifikasi masyarakat mengenai hal yang demikian salah. Namun tidak sepenuhnya benar sebab mata itu menipu, jangan percaya dengan apa yang anda lihat. 

Baca Juga:  PTPN XIV, JALAN TERJAL PETANI SULAWESI SELATAN

Stigma negatif yang melekat pada orang-orang non good looking seperti si A ini tentu berimbas langsung pada mereka. Hilangnya kepercayaan yang mereka terima dari masyarakat sampai pada akhirnya membudaya dan turun temurun dalam konsep menuhankan penampilan yang dianut. Siapa lagi kalau bukan mayoritas masyarakat, psikologis mereka juga jadi kena dampaknya. Namun saya rasa orang yang sampai sekarang punya integritas baik namun berpenampilan tidak good looking punya filosofi kuat dalam menghadapi stigma negatif yang ditata oleh masyarakat kita. Mereka yang masih menganutnya mencoba untuk meruntuhkan paham menuhankan penampilan ini.

 

Penulis: Muhammad Firman (Mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep)

Email: muhfirman1000@gmail.com

Vidio Untuk Anda

Video thumbnail
AFTER MOVIE KONGRES XX
01:51
Video thumbnail
Meta-Talk: Problematika Ormawa | Episode #12
43:26
Video thumbnail
Meta-Talk: Kuliah Luar Negeri Bersama IISMA | Episode #11
41:47
Video thumbnail
MAY DAY - AKSI HARI BURUH | 1 Mei 2023 | Video Jurnalistik
05:51
Video thumbnail
TOLAK UU CIPTA KERJA | 6 April 2023 | Video Jurnalistik
08:38
Video thumbnail
Meta-Talk: Nahkoda Baru Kampus Hitam | Episode #10
58:48
Video thumbnail
After Movie Kongres XIX
01:52
Video thumbnail
Meta-Talk: Mengenal Metanoiac | Episode #9
21:08
Video thumbnail
Video Pengenalan Lembaga Pers Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang 2021-2022
03:47
Video thumbnail
Meta-Talk: Esensi Pengaderan | Episode #8
43:18
Video thumbnail
Meta-Talk: Pers Mahasiswa Dapat Dipercaya(?) | Episode #7
16:18
Video thumbnail
Meta-Talk: Industri Kreatif | Episode #6
15:44
Video thumbnail
Kilas Balik 11 April 2022 | Video Jurnalistik
09:43
Video thumbnail
Meta-Talk: Feminisme | Episode #5
16:13
Video thumbnail
Gelap Terang Kampus Hitam | Video Jurnalistik
15:52
Video thumbnail
Kantin Fana 2 | Video Jurnalistik
03:06
Video thumbnail
Meta-Talk: Self Love | Episode #4
08:11
Video thumbnail
Meta-Talk: Mahasiswa Berprestasi di Luar Jurusannya | Episode #3
10:04
Video thumbnail
Meta-Talk: Mahasiswa vs Organisasi | Episode #2
16:26
Video thumbnail
Meta-Talk: Tahun Baru Bersama Direktur | Episode #1
32:01
Video thumbnail
Menilik Realisasi Janji Pembenahan Kantin | Short Documentary | PERSMA PNUP
10:15
Video thumbnail
Catatan 8 Oktober | Short Documentary | Persma PNUP | Omnibus Law
14:08
Video thumbnail
Suara Demonstran Omnibus Law | 14 Agustus 2020 | Persma PNUP
08:01
Video thumbnail
Opini Mereka Tentang Peran Media di Masa Pandemi COVID-19 | PERSMA PNUP #5
08:58
Video thumbnail
Mahasiswa VS Corona | Pers Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang | Covid-19 | Video Jurnalis #4
10:01
Video thumbnail
New Year New Hope. Kampus 2 Politeknik Negeri Ujung Pandang. Vidio Jurnlistik Persma PNUP #2
08:59
Video thumbnail
Kantin Fana, Video Junrlis Pemindahan Kantin PNUP #1
08:09
Video thumbnail
Pendapat Sivitas Kampus Mengenai WC yang ada di PNUP
04:24
Video thumbnail
DIKLAT BELA NEGARA MABA PNUP 2018 - RINDAM XIV HASANUDDIN
17:19
Video thumbnail
Bela Negara 2018
01:00
Video thumbnail
Wawancara Pengenalan Lembaga PKKMB 2018
02:19
Video thumbnail
CARAKA Malam Bela Negara Mahasiswa Baru Politeknik Negeri Ujung Pandang 2018
01:58
Video thumbnail
Dokumentasi Aksi 2 Mei 2018 oleh Aliansi Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang
10:06
Video thumbnail
Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2018
01:01
Video thumbnail
Pendidikan Pers Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang 2018
01:00
Video thumbnail
Kunjungan Media Online Rakyatku dan Harian Fajar
01:01
Video thumbnail
Tahap Wawancara Anggota Baru Pers Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang
01:01

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU