Sumber : freepik
METANOIAC.id Di dunia yang serba produktif, akan bagus jika semuanya cepat selesai. Asal cepat pasti hebat, kalau mau hebat harus cepat. Semua kegiatan dilaksanakan dengan cepat dan kejar tayang. Kepuasan diri akan timbul ketika dapat melaksanakan banyak tugas dengan cepat. Apakah memang harus demikian?
Ternyata tidak. Kitapun harus belajar melambat, belajar menikmati hidup. Bukan hanya sekedar menenangkan diri karena tidak secepat yang lain, namun belajar melambat agar dapat bersabar dalam pelan. Belajar melambat merupakan salah satu fondasi untuk menjaga ketenangan diri. Dengan lebih pelan, kita akan lebih menikmati momen sederhana yang dilewati. Dengan lebih pelan, kita akan lebih menyadari sisi manusiawi yang kita miliki.
Dengan belajar pelan kita juga berarti belajar untuk sadar tentang apa yang benar-benar penting dalam hidup. Menyadari diri belajar pelan dan mengurangi tergesa akan memberi sudut pandang baru dan menjadi lebih bahagia. Lantas, apakah kita harus selalu melambat? Ah tidak juga, tentu semua hal memiliki porsi dan bagiannya sendiri. Sama halnya dengan melambat pelan dan cepat, ada kalanya kita harus cepat ada kalanya kita harus lambat.
Bukankah saat ini kita terlalu berlebihan dalam memuji orang yang serba cepat? Bukankah bunga yang ditanam bersamaanpun akan mekar dalam waktu yang berbeda? Iklim kompetitif akan memunculkan banyak pertanyaan yang meragukan diri sendiri dan menyalahkan diri sendiri karena tidak secepat yang lain.
Bukankah kita harus belajar melambat untuk dapat menyadari bahwa hidup itu perjalanan, bukan perlombaan. Saya sadar betul bahwa kita semua adalah manusia tangguh yang hidup dalam rasa putus asa, penuh tekanan, namun masih dapat tersenyum lebar dan bertahan serta berjuang untuk menjalani hidup.
Satu hal yang pasti, terima kasih sudah bertahan sampai saat ini. Panjang umur perjuangan. [FAA/295]