METANOIAC.id Zhafirah Majdiyah Mustarum (18), seorang mahasiswi jurusan Teknik Elektro program studi Teknik Multimedia dan Jaringan (TMJ) yang juga merupakan salah satu perwakilan dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bahasa Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) berhasil mengharumkan nama PNUP dan UKM Bahasa dengan menyabet 1st Runner Up (juara kedua) di kompetisi 8th Bina Darma Rector’s Trophy (8th BDRT) kategori lomba speech (pidato).
BDRT merupakan kompetisi bahasa Inggris tahunan yang diadakan oleh English Debating Society Universitas Bina Darma (EDS Bidar) Sumatra Selatan. Kompetisi ini berlangsung secara online dari Jumat – Sabtu (18-19/12) dan terbagi dalam empat kategori lomba, yaitu Debate, StoryTelling, Speech, dan Spelling Bee.
Lomba speech sendiri terdiri dari dua babak yaitu babak penyisihan dan babak final. Babak penyisihan menggunakan metode mengunggah video pidato ke media sosial Instagram sedangkan babak final dilakukan dengan platform Zoom.
Pada babak penyisihan, Zhafirah mengangkat tema Quality Education.”Saya mengangkat tema Quality Education karena untuk achieve semua aspek Sustainable Development Goals (SDGs) itu harus berawal dari edukasi dulu dan di Indonesia sendiri Quality Education-nya masih sangat buruk, jadi saya ambil tema itu supaya orang lebih terbuka lagi pemikiran nya untuk edukasi negara kita dimasa depan,” ujarnya.
Tema Quality Education behasil membawa Zhafirah menuju babak final. Pada babak final, juri menentukan tema The Worst Thing in Life (Hal Terburuk dalam Hidup) sebagai tema speech. Zhafirah kemudian menceritakan kisah hilangnya ban motor miliknya dalam pidatonya, sebab menurutnya terdapat banyak pelajaran yang dapat diambil dari kisahnya tersebut.
”Sebenarnya saat brainstorming buat bikin speech itu banyak yang terpikir tentang hal buruk dalam hidup dan inti dari speech ini kan value-nya yang mau diambil. Tiba-tiba saya terpikir soal ban motor saya yang dicuri tahun lalu dan bagaimana saya berjuang sendiri pada saat itu. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah itu. Karena ini berdasarkan kisah nyata, juri pun berkomentar kalau kisah saya ini sangat menarik,” ungkapnya.
Poin terpenting dari kisah yang disampaikannya pada babak final tersebut adalah hal terburuk dalam hidup itu bisa terjadi jika mengabaikan hal-hal kecil dalam hidup. Kisah tersebut berhasil menarik perhatian juri. Berkat bimbingan dari rekan-rekannya di UKM Bahasa, ia berhasil meraih predikat juara kedua dengan total skor 80.
Meski sempat mengalami gangguan kesehatan dan sempat dirawat sehari sebelum lomba, Zhafirah tetap menjalani kompetisi tersebut dengan berusaha melakukan yang terbaik. “H-1 deadline pengunggahan video terjadi hal tak terduga, saya tiba-tiba drop dan harus dirawat inap. Sepulang dari sana saya disuruh istirahat tapi saya pikir kalau saya tidak take video pidatonya sekarang pasti akan menyesal karena kesempatan ini tidak sering ada. Apalagi ini pertama kali saya ikut lomba online tingkat nasional, jadi saya lakukan sebisa saya,” ujarnya.
Zhafirah berharap kedepannya dapat lebih banyak belajar dan dapat kembali mengharumkan nama PNUP di kompetisi selanjutnya. Ia juga berharap dapat menjadi motivasi bagi orang lain untuk terus belajar dan berjuang. [RCH/315]