“Orang biasa sekaligus mahasiswa yang belum menemukan identitas”
Ā
Pertama kalinya memasuki dunia kampus, hal yang sangat sulit ditinggalkan adalah kebiasaan-kebiasaan lama yang telah terbentuk di sekolah. Pengenalan kampus yang bertujuan sebagai adaptasi awal di lingkungan yang baru merupakan hal yang sangat berkesan, dikarenakan saya bisa mendapatkan teman baru dan mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan dunia kampus.Ā identitas
Kegiatan tersebut pun dirangkaikan dengan promosi oleh lembaga-lembaga yang berjenis minat dan bakat agar mahasiswa tertarik untuk dapat bergelumut di bidangnya sesuai dengan potensi yang dimilikinya, ditambah lagi dengan pengenalan lembaga di setiap jurusan yang mengubah pola pikir saya tentang makna dari sebuah “Mahasiswa”.
Tujuan inti dari setiap lembaga adalah bagaimana kemudian mahasiswa baru tertarik untuk memasuki dunia organisasi, yaitu sekumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Momen yang paling menarik, ketika saya mengikuti Latihan Kepemimpinan (LK) dan hal itu merupakan suatu kewajibanĀ di setiap lembaga oleh masing-masing jurusan.Ā
LK bertujuan untuk mencetak generasi-generasi penerus, baik di lingkup organisasi hingga lingkup bangsa dan negara yang lebih luas. Setiap mahasiswa diberikan materi dasar dan materi yang paling berkesan bagi saya tentang Identitas Mahasiswa (IDM).
Materi IDM menggambarkan bagaimana kita sebagai seorang mahasiswa mengetahui identitas dan memiliki peran yang sangat sentral di masyarakat. Suatu anugerah terindah dikarenakan label mahasiswa berangkat dari kata Maha yang julukan tersebut hanya dimiliki oleh sifat-sifat Tuhan.
Ironisnya, nama Mahasiswa hanya sekadar label yang disandingkan oleh setiap orang yang lulus di perguruan tinggi, baik itu negeri maupun swasta. Maha yang melekat tidaklah menjadi sebuah cerminan yang agung karena tindakan yang dilakukan tidak menjadi teladan, melainkan hanya sebuah teori yang tidak diwujudkan dengan praktiknya.
āKata-kata tanpa teladan tidak akan bertaji.”
Fungsi dan peran mahasiswa tidaklah dilandasi oleh sentuhan jiwa, tetapi malah sebaliknya kita kembali lagi yaitu hanya sekadar teori yang terbungkus rapi di setiap kepala kita. Katanya Agent of Change,Ā tetapi perubahan apa yang selama ini telah diperbuat? Bahkan untuk mengubah diri sendiri pun kita belum mampu. Social of Control, lantas kita lebih mementingkan kepentingan individu daripada kepentingan sosial? dan Iron Stock, generasi seperti inikah yang didambakan oleh negara?
Harusnya sebagai sosok mahasiswa yang memiliki peran yang sangat penting kita seharusnya merasa malu kepada masyarakat, terlebih lagi kepada Tuhan yang bermurah hati untuk meminjamkan sifatnya.
Sejenak kita merefleksi gerakan-gerakan mahasiswa sebelum era ini, sejarah mencatat bahwa seorang pemuda ataupun mahasiswa adalah orang yang luar biasa dalam kebaikan negeri ini.
Pada tahun 1928, pemuda berkumpul untuk mendeklarasikan sumpah yang menyatukan semua elemen, yaitu sumpah pemuda. Tahun 1945, pemuda berseteru dengan kaum tua untuk mendebatkan hak dan kemerdekaan bangsa seutuhnya, dan puncaknya di tahun 1998, ketika inflasi semakin parah, pemuda dan mahasiswa Indonesia berkumpul untuk turun ke jalan dan menurunkan rezim yang zalim.
Saat ini kita sering mengagung-agungkan nama mahasiswa, bersuara dengan lantang atas nama Hidup Mahasiswa demi tujuan mulia yaitu menyampaikan kebenaran, tetapi kemudian mental kita ciutĀ terhadap lingkungan sekitar sebab adanya kepentingan individuĀ dan gertakan oleh pihak-pihak yang berkuasa.
Wajar saja Auguste Comte pernah berkata, “Pendidikan yang intelektualistis melulu dan bertujuan untuk menambah pengetahuan saja, tanpa motivasi dan cinta kasih, menghasilkan intelektualisme kering dan rasionalisme mandul.”
Oleh karena itu, sebagai sosok yang merasa dirinya mahasiswa marilah kembali kepada filosofi mahasiswa yaitu mencari kebenaran kemudian menyampaikan kebenaran tersebut serta senatiasa bertanya-tanya akan tindakan dan perubahan apa yang telah dilakukan untuk hal yang bermanfaat selama menjadi mahasiswa serta mesti diingat kita telah berikrar atas nama ;
SUMPAH MAHASISWA INDONESIA
Kami Mahasiswa Indonesia bersumpah, bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan.
Kami Mahasiswa Indonesia bersumpah, berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan.
Kami Mahasiswa Indonesia bersumpah, berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan.
Penulis : A. Wira Hadi Kusuma