Poster. Poster Film pendek “Lintas Masa” yang menjuarai perlombaan credia.id. [Ist]
METANOIAC.Id Teknologi yang kita rasakan kini tak lagi dikatakan kurang, bahkan tak jarang orang mengikuti perkembangan teknologi dengan sangat aktif. Mungkin seperti itulah penggambaran teknologi kini yang merajalela yang ingin digambarkan oleh filmmaker Galang (18) sang sutradara Film Lintas Masa.
Dalam suatu perkampungan, tinggal seorang anak muda yang hidup tanpa siapa-siapa selain dirinya sendiri sehingga, ia harus mengurus semuanya tanpa bantuan tangan dari siapapun. Karena hidup di tengah perkampungan yang tentu tak terjamak oleh teknologi, membuat pemuda yang tak dijelaskan identitasnya tersebut memiliki keseharian hidup tanpa teknologi dan terlihat sangat kerepotan.
Kerepotan-kerepotan tokoh utama terus diperlihatkan selama opening hingga pertengahan film. Untuk memulai hari, ia harus mandi dengan bermodalkan timba dan sumur. Selepas itu, ia dengan sepedanya menuju kesegala tempat. Tak jarang rantai sepedanya putus di tengah jalan, membuatnya harus mendorong hingga ke tempat tujuan.
Perjalanan tokoh utama tak berhenti sampai di situ, saat si tokoh utama mengandalkan aliran air sungai dan membersihkan bajunya sendiri. Hingga untuk makan, ia tentu tak tau dengan makanan instan ataupun restoran. Ia harus memulai dari membeli rempah-rempah hingga memasak untuk dirinya sendiri.
Terlemparnya ke zaman modern
Terlemparnya ke zaman modern
Terlihat sangat melelahkan bagi tokoh utama melakukan segala hal tanpa sentuhan teknologi. Hingga suatu ketika, ia tertidur saat mengerjakan tugas di dalam kegelapan lalu terbangun ke masa kini.
Saat terlempar ke masa kini, tentu rasa kaget terluapkan dan juga rasa kagum tentunya. Sang tokoh utama terbangun di tengah kelas perkuliahan yang kebetulan di tiap meja terdapat sebuah komputer. Ia terkejut melihat sekelilingnya menggunakan perangkat yang entah fungsinya untuk apa.
Ketika ia keluar kelas, melihat orang di sekitarnya menggunakan gawai untuk menemukan hiburan, berkomunikasi juga mencari informasi. Saat di ujung gerbang gedung kampusnya, ia melihat seseorang menggunakan gawainya untuk memesan ojek, lalu ia tertarik mencobanya. Hingga akhirnya seluruh aktivitas dirinya kini telah lebih mudah dengan perangkat teknologi.
Hal yang dapat dipetik dalam Film “Lintas Masa”
Dalam film ini telah dirancang sedemikian rupa untuk menyadarkan para penonton untuk melihat ke belakang bahwa tanpa teknologi kita butuh waktu yang banyak untuk pergi ke suatu tempat, tanpa teknologi kita harus berlama-lama mencuci pakaian, dan tanpa teknologi pula kita harus merasakan perihnya mata membaca di tengah kegelapan.
“Bisa tersadarkan, sebagaimana kehidupan tanpa teknologi. Bagaimana orang-orang di zaman millennial hanya tau memakai tanpa pernah tau bagaimana rasa hidup tanpa teknologi,” ujar Galang sang sutradara Film Lintas Masa.
Kesulitan dalam penggarapan Film “Lintas Masa”
“Pertama, dari lokasi sangat sulit dijangkau yaitu daerah Camba kabupaten Maros, kemudian dalam waktu yang singkat untuk pengambilan gambar. Bahkan teman saya, jatuh saat menuju ke lokasi shooting yang jaraknya 1 jam 30 menit. Kemudian untuk kendala lainnya kita tidak punya alat, pinjam kamera dari studio, lensa sewa, dan laptop pinjam,” jelas Sutradara menanggapi saat ditanya tentang kesulitan memproduksi film tersebut.
Harapan sutradara mungkin juga tiap mahasiswa yang turut serta membawa nama Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP), untuk diberi dukungan lebih terhadap peserta lomba. Bukan hal yang mudah untuk berjalan sendiri di tengah lomba yang besar dan juga melawan para pesaing dari daerah lain tanpa dukungan dari pihak kampus. [RIL/306]
Setelah membaca resensi Film “Lintas Masa, ” tak afdol bila melewatkan filmnya di https://youtu.be/wvNIbaA9wSo
Setelah membaca resensi Film “Lintas Masa, ” tak afdol bila melewatkan filmnya di https://youtu.be/wvNIbaA9wSo