Rewards & Bantuan. Penyerahan rewards & bantuan oleh perwakilan dewan pengawas UKM Bahasa di akhir-akhir kegiatan, Minggu (26/5/2019). [TUT/261] |
METANOIAC.id Di ujung jalan Telegrap I Perumahan Telkomas Makassar terdapat permukiman yang rerata pekerjaan penduduknya pemulung, tukang batu, atau tukang ojek. Bukan hanya usia dewasa hingga tua yang ada di sana, permukiman yang disebut kamase oleh penduduknya sendiri juga memiliki penduduk usia sekolah yang mendominasi. Meskipun berada pada usia sekolah, anak-anak tersebut bukanlah anak sekolahan. Rutinitas mereka setiap hari hanya membantu orang tua.
Atas dasar seperti itulah banyak komunitas atau lembaga yang sering mengunjungi permukiman dengan gaya rumah bangsal tersebut. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bahasa PNUP adalah salah satunya. Dengan konsep bakti sosial (baksos), UKM Bahasa menyalurkan kebahagiaan dengan penduduk setempat pada Minggu (26/5). “Memberikan kesempatan ke anak-anak di sini agar dapat merasakan apa yang kita rasakan saat kecil, kata koordinator Team Work baksos,” Gunawan.
Gunawan menggarisbawahi pendidikan karena banyak anak-anak di daerah tersebut putus sekolah. Rangkaian kegiatan pun dapat menjangkau semua kalangan seperti belajar mengajar religi dan bahasa Inggris dasar, games, buka puasa bersama, hingga pemberian rewards dan bantuan.
Potret Lain. Kebahagiaan penduduk setempat pada kegiatan baksos UKM Bahasa PNUP, Minggu (26/5/2019). [TUT/261] |
Bukan hanya keceriaan anak-anak yang tampak di permukiman tersebut, beberapa penduduk yang duduk menyaksikan rangkaian pemberian rewards dan bantuan kegiatan sesekali bersorak. “Senang, bisa kumpul-kumpul dan buka puasa bersama,” ucap salah satu penduduk, Sabita. Sabita yang sekitar 65-an tahun berada di permukiman tersebut telah banyak menerima kunjungan dan bantuan dari komunitas atau lembaga.
Sedangkan Sugiati yang sangat mendukung kegiatan UKM Bahasa berharap agar mahasiswa banyak mengadakan kegiatan seperti ini. “Semoga akan selalu ada hal yang seperti ini, anak-anak juga senang karena banyak mahasiswa yang datang mengajar,” jelasnya.
Sekurang-kurangnya manusia, selalu ada hal yang bisa dibagikan kepada orang lain. Mahasiswa adalah agent of change dan bisa memaknai hal tersebut dengan baik. [TUT/261]