Sosok Riyanto beserta seragam yang dikenakannya saat terjadi peristiwa bom natal tahun 2000. [sumber: tribunnews.com] |
METANOIAC.id Pada tanggal 24 Desember 2000, tepatnya pada malam Natal pengeboman serentak terjadi di sejumlah kota di Indonesia. Pengeboman tersebut terjadi di Batam, Pekanbaru, Jakarta, Bekasi, Sukabumi, Bandung, Kudus, Mojokerto, dan Mataram.
Dibalik peristiwa Bom Natal Tahun 2000, terdapat kisah pengorbanan seorang anggota Barisan Anshor Serbaguna (Banser) dalam ledakan Bom Misa Natal di Gereja Eben Haezer. Saat itu, Riyanto, anggota Barisan Anshor Serbaguna (Banser) ditugaskan GP Anshor membantu polisi mengamankan perayaan Misa.
Dilansir dari Tempo.co bahwa pada malam itu, ia berpamitan kepada Ayahnya untuk menjalankan tugas bersama kepolisian mengamankan kebaktian di Gereja Eben Haezer, jalan Kartika Nomor 4, kota Mojokerto, Jawa Timur.
Pada saat bertugas di gereja tersebut, ia menemukan bungkusan plastik mencurigakan dan memeriksanya. Begitu ia melihat isi plastik itu dan isinya bom, ia berteriak “Tiarap” disusul kepanikan ratusan jemaat gereja. Riyanto nekad membekab bungkusan agar ledakannya tidak melukai banyak orang. Tubuh pria tersebut hancur akibat ledakan. Serpihan tubuhnya ditemukan 100 meter dari tempat ledakan.
Malam itu juga, jenazah Riyanto dibawa ke rumah duka. Keesokan harinya tanggal 25 Desember 2000, ia dimakamkan di pemakaman umum kelurahan Prajuritkulon, Kota Mojokerto. Riyanto, putra sulung dari tujuh bersaudara pasangan suami-istri Sukarmin dan Katinem, lahir di Kediri pada 19 Oktober 1975.
Semasa hidupnya, Riyanto menjadi tulang punggung keluarga. “Dia dulu bekerja menimbang kedelai di koperasi,” kata Sukarmin. Riyanto yang belum menikah hingga akhir hayatnya dikenal sebagai pribadi penurut. “Tidak pernah membantah nasihat orang tua,” tambah Sukarmin. Duka mendalam kadang masih dirasakan keluarga Riyanto. Seragam terakhir yang digunakan almarhum pun masih di simpan.
Pengorbanan Riyanto membawa berkah. Sebagai penghargaan atas jasa, pihak gereja memberikan bantuan biaya pendidikan kepada salah satu adik Riyanto, Supartini. “Kami memberikan beasiswa kepada salah satu adiknya hingga lulus kuliah,” kata pendeta Eben Haezer, Rudi Sanusi Wijayah. Rudi mengatakan bantuan tersebut sebagai salah satu bentuk tanda jasa penghargaan jasa Riyanto.
Selain itu, nama Riyanto juga diabadikan sebagai nama salah satu jalan di Kota Mojokerto. Jalan Riyanto berada di Kelurahan/Kecamatan Prajuritkulon, Kota Mojokerto, Jawa Timur, dibantaran sungai Brangkal. Di ujung jalan dibangun gapura mewah bertuliskan nama Jalan Riyanto. [FA/277]