Nobar. Mahasiswa dari berbagai organisasi berkumpul di Gedung PKM PNUP dalam rangka bedah film yang diadakan oleh KMPNUP (26/11/2018). [CAU/285] |
16 November 2018 diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional. Hari spesial ini diperingati sejak 1996. Saat itu, Majelis Umum PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) mengundang Negara-negara anggota PBB untuk mematuhi Hari Toleransi Internasional pada 16 November . Pada ulang tahun ke-50 PBB 16 November 1995, Negara-negara anggota UNESCO mengadopsi sebuah Deklarasi Prinsip-Prinsip Toleransi, antara lain menegaskan bahwa toleransi merupakan cara untuk menghindari ketidakpedulian dengan banyaknya kasus ketidakadilan, kekerasan, diskriminasi, dan marginalisasi dibanyak Negara. Dalam memperingati hal tersebut KMPNUP pun bergabung dengan Aliansi dari beberapa kampus untuk memperingati hari toleransi, Pendidikan dan Filsafat Dunia dengan mengangkat Bedah Film Timbuktu dengan tema “Apa jadinya Beragama Tanpa Berfilsafat?”.
Abderahman Sissako memanfaatkan isu yang sedang marak tersebut untuk membuat film ini. Sesuai judulnya, film ini bersettingkan kota Timbuktu yang ada di Mali. Pada tahun 2012 kota ini sempat di kuasai oleh kelompok radikal bernama Ansar Dane. Film Timbuktu ini menyorot tentang ketatnya aturan yang diterapkan para kelompok yang mengatasnamakan agama Islam. Berbagai aturan yang ada dalam agama pun disalahgunakan tanpa memiliki pengetahuan lebih akan hal itu.
Saat ditemui oleh awak Metanoiac, Presiden BEM KMPNUP Hadi Irawan mengatakan “kegiantan ini merupakan rangkaian acara dari Festival Hari Toleransi, Pendidikan, dan Falsafat Dunia, yang dilaksanakan oleh Aliansi yang didalamnnya ada beberapa organ yang tergabung khususnya organisasi eksternal dari beberapa latar belakang yang sifatnya keagamaan seperti HMI PNUP, Lisan Komisariat PNUP, UMI (Universitas Muslim Indonesia), UNM (Universitas Negeri Makassar), serta UIN Alauddin yang semuannya latar belakang organisasi keagamaan dan juga ada beberapa yang lainnya seperti Katolik pun ikut dalam Aliansi tersebut,” ucap Hadi.
Hadi Irawan pun menambahakan tanggapannya saat ditanya mengenai tujuan diadakannya bedah film ini “Kemudiam kenapa BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) bergabung, karena BEM juga ingin berpartisipasi dalam kegiatan tersebut meskipun bukan latar belakang organisasi keagamaan tapi hal tersebut tidak salah. Kegiatan ini juga merupakan ajang perkenalan diri kepada teman-teman di luar bahwa BEM KMPNUP sudah ada dan bagaimana BEM turut serta dalam merawat Toleransi di Negara ini”.
“Adanya kegiatan ini akan menambah citra yang baik bagi kampus secara tidak langsung karena sekarang ini banyak isu-isu di Indonesia mengenai agama, ras dan sebagainya. Jadi kegiatan ini merupakan upaya kita bagaimana merawat heterogennya kita di Indonesia. Hal ini akan medeklarasikan diri bahwa mahasiswa PNUP sadar akan hal itu. Mengingat sifat aliansi yang sifatnya ada hal yang dicanangkan bersama, keresahan bersama dan ada agenda bersama dan kita tergabung dalam Aliansi makanya kita adakan kegiatan tersebut dan untuk kedepannya kami akan melihat Aliansi apa yang kita bisa ikuti namun BEM juga tidak menutup diri terhadap Aliansi lainnya selama tidak bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan di Negara ini agar BEM juga dapat aktif di Eksternal kampus”. Tutur Hadi
Kegiatan yang dilaksanakan oleh KMPNUP merupakan desentralisasi dalam artian tiap kampus yang berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan ini bertanggung jawab atas event dan agendanya masing-masing. Selain itu, PNUP bertanggung jawab dengan kegiatannya tersendiri dan UIN pun bertanggung jawab atas kegiatannya tersendiri. [CAU/285, RGR/279]