Mengobati. Salah satu relawan mengobati korban bencana alam di Palu Sulawesi Tengah, Selasa (02/10/2018) [Ist] |
METANOIAC.id Sejak gempa dan tsunami yang melanda Palu dan daerah sekitarnya di Sulawesi Tengah, banyak mengundang simpati dari beberapa kalangan lembaga mahasiswa. Sebut saja empat orang dari HMAN (Himpunan Mahasiswa Administrasi Niaga) yang turut berangkat ke Palu sebagai relawan.
Ketua Umum HMAN Muhammmad Zairajuddin menyebut pemberangkatan relawan serta donasi ke Palu dilakukan atas dasar inisiatif mahasiswa HMAN itu sendiri. “Ini sebenarnya sifatnya langsung, tiba-tiba ada bencana seperti itu teman teman inisiatif kirim kesana bantuan berupa relawan dan donasi,” ucap Zera.
Proses keberangkatan relawan dan donasi dibantu oleh pihak luar yang memberangkatkan relawan secara gratis. “Saya dapat pihak yang bisa memberangkatkan relawan secara gratis. Setelah itu saya lihat ada peluang untuk kesana, kenapa tidak dimanfaatkan. Kami kemudian baru bisa berangkat kesana secara gratis dengan membawa bantuan donasi dari himpunan untuk disalurkan,” kata salah satu relawan yang berangkat, Achmad Fadhil Pratama.
Foto Bersama. Relawan HMAN berfoto bersama di lokasi bencana alam Palu Sulawesi Selatan, Kamis (04/10/2018) [Ist] |
Perjalanan misi kemanusiaan ke Palu mengalami banyak kendala. Ketersedian BBM (Bahan Bakar Minyak) di Mamuju sudah menipis sampai ke Pasangkayu. Akses menuju tempat terpencil juga sulit dijangkau karena tidak adanya ketersediaan kendaraan. “Rusak dan putusnya akses menuju lokasi menambah beberapa kesulitan relawan yang ada di sana,” jelas Fadhil.
Relawan berangkat bersama beberapa tim yang terdiri dari tim medis, trauma healing dan pendata. “Kami mendata siapa-siapa saja pengungsi dalam satu posko dan terus ketika ada yang mengalami luka diobati, terus untuk trauma healing kita fokus kepada anak-anak saja untuk mengembalikan emosi mereka, mentalitas dan untuk melupakan kejadian bencana yang mereka alami,” tambah Fadhil.
Saat berada di Palu, Fadhil menuturkan ada hal yang dikeluhkan oleh masyarakat Palu. Kelurhan tersebut berupa pembagian logistik yang tidak terdistribusi dengan baik, penjarahan rumah warga yang di manfaatkan oleh beberapa oknum, hingga kurangnya peralatan bayi yang terdistibusi dengan baik.
Fadhil berharap mahasiswa dapat turut membantu korban bencana alam di Palu dan daerah sekitarnya. Menurutnya ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk membantu para korban. ”Teman-teman mahasiswa bisa membantu Palu, salah satunya dengan mencarikan donasi. Menyalurkan donasi itu pun sangat membantu untuk para korban Palu,” tutup Fadhil. (CAU/285)