Sampul buku The Geography of Bliss (www.warungpedia.com) |
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, bahagia adalah keadaan atau perasaan dalam kondisi senang dan tentram. Pernahakah anda bertanya dalam hidup anda apa itu perasaan bahagia? Bagaimana anda mendefinisikan sebuah kebahagiaan? Bagaimana anda menemukan diri anda dalam keadaan bahagia?
Kira-kira hal tersebut yang membawa seorang penggerutu asal Amerika Serikat bernama Eric Weiner untuk menemukan definisi dan arti dari “kebahagiaan” dalam buku ini. Ia melakukan suatu perjalanan mengelilingi dunia untuk mencari negara paling membahagiakan.
“Memang sudah sifat kita sebagai manusia bahwa kita memperoleh kesenangan dengan menyaksikan orang lain sibuk melakukan yang menyenangkan. Hal tersebut menjawab mengapa pornografi dan kafe menjadi hal yang begitu popular di negara Belanda.” (Hal 22)
Kalimat pembuka pada catatan perjalanan Erik diatas menjadi hal yang sangat menarik bagi pembaca. Pesannya sederhana, seseorang dapat menjadi bahagia dengan cara yang sangat sederhana, sesederhana menyaksikan orang lain sibuk melakukan hal yang menyenangkan. Namun abaikan kalimat kedua. Hal tersebut hanya pandangan seorang Erik melihat latar belakang mengapa pornografi dan kafe manjadi hal yang popular di negara Belanda.
Pada perjalanan Erik di negeri kincir angin, ada sebuah badan pengelola data tentang kebahagiaan atau WDH (World Database of Happiness). Menurut badan tersebut, tingkat kebahagiaan pada sebuah negara dapat dipetakan menjadi angka sesuai parameter-parameter yang dianggap sebagai hal yang dapat mendukung.
Parameter-parameter tersebut diantaranya nilai untuk tingkat kejahatan, tingkat kesejahteraan, tingkat kemiskinan, dan hal-hal lain yang dapat berupa angka. Meski dari ribuan penelitian dan makalah riset WDH seluruhnya tidak menyebutkan bahwa kebahagiaan berasal dari kesenian atau kesenangan dalam mendengarkan puisi dan menonton film yang luar biasa, namun data statistik selalu punya jawaban atas tingkat kebahagiaan.
Tidak hanya dari angka, kebahagiaan-kebahagiaan yang dijumpai Erik di 10 negara yang ia kunjungi disajikan dengan sangat kontras. Ada negara yang menyatakan kebahagiaan sebagai suatu kebosanan, ada yang menyatakan kebahagiaan sebagai kegagalan, kontradiksi dan lain-lain.
Meski pada akhirnya Erik tidak menyimpulkan apapun tentang definisi kebahagiaan, tapi penyajian catatan perjalannya dapat membawa pembaca untuk melihat arti kebahagiaan itu sendiri dengan sangat luas. Secara universal pun sebenarnya tidak ada kesepakatan untuk mendefinisikan arti dari kebahagiaan, maka setiap orang atau kelompok bebas mendefinisikannya.
——-
Deretan penyajian catatan perjalanan dari penulis sebenarnya disusun dengan baik, sayangnya pada penerjemahan tulisan ke bahasa Indonesia ada beberapa hal yang menyulitkan pembaca untuk memahaminya.
Namun kembali mengingat nasihat-nasihat yang sering diperdengarkan, jangan lihat siapa atau bagaimana pesan itu di sampaikan, tapi lihatlah apa yang disampaikan. Erik menyampaikan kepada pembaca bagaimana ia melihat negara-negara memandang kebahagiaan, bagaimana pandangan tersebut kemudian membudaya dan menjadi filosofi-filosofi yang mengesankan. (YOO/246)