Alm. Emmy Saelan, Sang Pejuang Wanita dan Pahlawan Nasional Indonesia
METANOIAC.id Banyak cara dilakukan untuk mengenang orang-orang
yang berpengaruh, tak lain untuk menghargai jasa-jasa mereka. Seperti para
pahlawan tanah air yang berjuang keras dan mengorbankan segalanya untuk merebut
maupun mempertahankan kemerdekaan.
Mengitari Kota Makassar
kurang lebih seluas 175.77 km2, banyak dijumpai nama pahlawan yang
diabadikan menjadi nama jalan bahkan nama suatu perguruan tinggi. Salah satu
yang menarik, saat melalui Jl. Letjen Hertasning, terdapat Monumen Maha Putera
Emmy Saelan yang mengingatkan pada kisah perjuangan seorang perempuan di tanah
Makassar.
Ialah Emmy Saelan,
seorang perawat yang memiliki kebencian terhadap pasukan Belanda. Ia terlahir
dari ayah yang mengerti tentang pendidikan dan sempat bersekolah di SMP
Nasional. SMP Nasional merupakan sekolah pertama yang didirikan pemerintah pasca
kemerdekaan 1945 di Makassar.
Dari sekolah tersebut,
Wolter Monginsidi bersama pejuang lainnya (termasuk Emmy Saelan) membentuk
organisasi Gerilya “Harimau Indonesia”. Perkumpulan ini dikenal sebagai
pengganggu oleh penjajah Belanda.
Pemberontakan sering
dilakukan oleh Emmy Saelan, terlebih ketika ia bekerja di rumah sakit Stella
Maris milik Belanda. Ia sering kali membantu para tawanan dari segi medis
maupun membantu mereka melarikan diri. Ketika itu, ia dipindahkan ke rumah
sakit lain namun Emmy tak nyaman. Maka ia memutuskan untuk berhenti dan menjadi
seorang yang yang melawan Belanda secara nyata.
Sebelum bergabung
dengan Laskar Harimau, Emmy pernah bergabung dengan Laskar Pemberontak Rakyat
Indonesia Sulawesi (LAPRIS). LAPRIS dikomandoi oleh Ranggong Daeng Romo.
Setelah itu Emmy bergabung dengan Harimau Indonesia. Perampasan senjata,
pelucutan, hingga penyergapan pasukan Belanda sering digencarkan oleh Laskar
Harimau.
Bagi Belanda,
perlawanan seperti ini sangat mengancam kedudukan mereka. Maka dari itu,
Belanda mendatangkan pasukan lagi yang dipimpin oleh Westerling yang dikenal
sangat kejam. Berbagai strategi yang dilakukan Westerling membuat para pejuang
Harimau Indonesia terdesak.
Suatu malam, pasukan
Monginsidi dan Emmy Saelan berpisah akibat kepungan Belanda. Saat itu Emmy
memimpin kurang lebih empat puluh orang dengan senjata seadanya. Semangatnya
tak surut meski dipaksa mundur oleh Belanda. Sampai akhir, ia tetap melawan
meski pasukannya berguguran menyisakan dirinya. Dengan granat tersisa di
tangan, ia melemparkannya ke pasukan Belanda. Namun saat itu ia juga ikut gugur bersama pasukan Belanda.
Dilansir dari
berdikarionline.com, Emmy gugur pada tanggal 23 Januari 1947. Untuk menghargai
dan mengenangnya, dibangun Monumen Maha Putera Emmy Saelan tepat di tempat
gugurnya. Namanya diabadikan pula sebagai nama jalan di Makassar dan beberapa
daerah kabupaten di Sulawesi Selatan. [TUT/261]
|
0 Komentar