Politeknik Negeri Ujung Pandang merupakan lembaga pendidikan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan terapan dalam sejumlah bidang program studi. Pendidikan terapan yang dimaksud bersifat profesional yang berorientasi pada kebutuhan industri. Dari hal tersebut, tentunya kampus memiliki beberapa target dan tujuan untuk melakukan suatu proses yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu.
Penyusunan sasaran mutu ditujukan untuk membuat suatu pencapaian lebih setiap tahunnya. Disamping itu, Sasaran Mutu PNUP ini juga diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi untuk pembenahan dan membuat Politeknik Negeri Ujung Pandang menjadi lebih baik.
Dalam klausul ISO 9001 yang terbaru (9001:2015) salah satunya disebutkan bahwa organisasi harus menempatkan sasaran mutu pada fungsi, tingkat dan proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu.
Dalam poin lain disebutkan bahwa ketika merencanakan bagaimana mencapai tujuan kualitas, salah satunya disebutkan bahwa semakin sering sasaran ini dievaluasi, semakin mudah menentukan apakah rencana tindakan yang direncanakan dan dilakukan sebelumnya adalah tepat atau tidak.
Sampai tahun 2016, terdapat beberapa poin pencapaian dari Sasaran Mutu PNUP 2016 yang coba kampus raih. Mulai dari pencapaian dalam bidang akademik, bidang organisasi, sumber daya hingga pencitraan institusi. Dilansir dari WQA (04/12/16) bahwa Sasaran Mutu merupakan salah satu persyaratan yang sangat penting dalam ISO 9001. Untuk Mutu Institusi sendiri periode anggaran ditetapkan dari tanggal 1 Januari 2016 sampai 31 Desember 2016 sedangkan untuk Mutu Akademik ditepakan periode akademik semester ganjil dan genap tahun 2015/2016.
Untuk peningkatan mutu akademik lulusan dengan IPK ≥ 3,20 pada sasaran mutu tahun ini menurut Pembantu Direktur 1 Bidang Akademik, Ibrahim Abduh, S.ST., M.T. sendiri telah mencapai 90 persen (28/11), “pencapaian IPK mahasiswa telah sampai 90 persen, lebih malah,” ujarnya. Namun di samping pencapaian yang bisa dikatakan lebih, timbul kesan yang kurang baik pula di sisi lain, “sebenarnya pencapaian ini telah baik, namun terus terang dari hal tersebut kesannya kita seolah-olah mengobral nilai. Ada yang mempertanyakan apakah benar kompetensinya telah sesuai?,” lanjut Ibrahim.
Sejauh ini menurut PD 1 juga, proses pencapaian poin-poin dari sasaran mutu yang lainnya juga telah mengalami progres yang cukup baik, hanya saja belum dirangkum secara keseluruhan.
“Jumlah dosen pengusul proposal penelitian saya yakin lebih, namun data yang lebih pastinya ada di Unit Pusat Penjaminan Mutu. Peningkatan jumlah dosen yang melaksanakan penelitian dan pengabdian pada masyarakat laporannya belum sampai di saya, dan poin untuk kemahasiswaan masih ada di bagian kemahasiswaan,” tuturnya.
Ibrahim juga menambahkan bahwa soft skill dan kemampuan Bahasa Inggris mahasiswa perlu untuk dibenahi, “sekarang yang ingin kita capai ini ialah bagaimana lulusan kita mempunyai kemampuan Bahasa Inggris yang baik, karena mau bagaimanapun kita harus mempunyai daya saing global. Alumni juga terkadang bertanya, kenapa semangat saing lulusan kampus kita yang sekarang rendah?,” lanjutnya lagi.
Adapun mengenai kendala, salah satu yang menjadi kendala dalam proses pencapaian sasaran mutu tahun ini ialah mengenai dana, “yang terpenting itu ada 3, sumber daya, perlatan dan atmosfer akademik. Sebenarnya yang dihadapi oleh pihak politeknik sendiri ialah mengenai peralatan dimana hal tersebut tentunya ditunjang dari dana,” katanya.
PD 1 kemudian menutup dengan harapan agar sasaran mutu dapat diraih secara maksimal serta adanya pencapaian-pencapaian baru yang lainnya, “kurikulum harus baru, mengubah paradigma pola lama dosen menjadi pola yang baru hingga implementasinya pada proses pembelajaran, ruangan dan fasilitas yang lebih baik serta maksimalnya mahasiswa dalam pembelajaran terutama yang mengenyam beasiswa bidikmisi,” tutupnya.
Lain halnya menurut instruktur Unit Penjamin Mutu PNUP, Ir. Muh. Rusdi, M.T. dalam tanggapannya mengenai sasaran mutu tahun ini (29/11/16). Menurutnya poin dari sasaran mutu yang paling sulit terealisasi ialah peningkatan jumlah alumni yang lulus tepat waktu.
“Yang paling sulit itu ialah mahasiswa yang lulus tepat waktu, sangat sulit. Saya yakin tingkat kelulusan tepat waktu bahkan tidak melebihi dari 10 persen. Namun datanya belum terangkum. Yang tepat waktu yang dimaksudkan disini, kan 3 tahun 0 bulan untuk D3 dan 4 tahun 0 bulan untuk D4,” tuturnya.
Menurut Rusdi, adanya keterlambatan Praktek Kerja Lapangan pada beberapa prodi ditengarai menjadi salah satu alasan banyaknya jumlah alumni yang tidak lulus tepat waktu tahun ini, sebab dari terlambatnya PKL berimbas pada terlambatnya Seminar Proposal dan Seminar Hasil. “Ada beberapa prodi yang terlambat untuk Praktek Kerja Lapangan, dari itu ada yang mengalami keterlambatan dalam proposal dan seminar pula,” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan Rusdi mengenai poin peningkatan mutu kelulusan dengan IPK diatas dari 3,20. “Kalau IPK sudah bagus, rata-rata telah diatas 3,00,” ungkapnya. Diakhir-akhir pernyataannya, Rusdi kemudian berharap agar adanya pencapaian lebih terhadap Tridarma Perguruan Tinggi di PNUP pada tahun yang akan datang.
Peningkatan nilai Akreditasi Program Studi pada Sasaran Mutu PNUP 2016 lantas dikonfimasikan kepada Kepala Unit Akreditasi Andi Musdariah, S.S., M. Hum., (29/11) yang mana telah mengalami progres yang cukup baik, saat ini pada perencanaan pencapaian 13 program studi yang terakreditasi B telah melebihi.
“Dari 11 program studi yang masih terakreditasi C, tahun ini telah mengalami penurunan menjadi 4. Dengan begitu telah ada 7 program studi yang baru-baru ini telah terakreditasi B dan itu melebihi dari 2 target pada sasaran mutu,” ujar Musdariah.
Pada target pencapaian dua Program studi yang terakreditasi A, Musdariah mengakui pencapaian tersebut belum sepenuhnya dapat tercapai. Tahun ini hanya ada 1 Program Studi yang terakreditasi A, yakni D4 Akuntansi Manajerial. “Jujur saja untuk akreditasi A sampai saat ini yang mencapainya hanya program studi D4 Akuntansi Manajerial,” lanjutnya.
Tidak tercapainya target 2 program studi yang terakreditasi A ini sebenarnya tak luput dari kendala yang ditemui pada poin sasaran mutu lainnya menurut Musdariah.
“Ya kendalanya sebenarnya yang terjadi juga pada sasaran mutu yang lainnya, ada beberapa standar yang tidak bisa kita dapati seperti keterlambatan lulusan tepat pada waktunya, penelitian dan pengabdian yang rendah hingga kegiatan-kegiatan yang tidak terdokumentasi,” imbuh Musdariah.
Musdariah lantas mengungkapkan bahwa ada beberapa program studi yang sebenarnya berpeluang untuk akreditasi A dimana tahun depan diharapkan dapat tercapai, begitupun kepada program studi yang terakreditasi B dan C lainnya.
“Kita usahakan kepada program studi yang berpeluang seperti Akuntansi, TMJ, TKJ dan program studi lainnya dapat melakukan re-akreditasi kembali dengan harapan semoga dapat akreditasi yang lebih baik,” jelasnya.
(YOO/246/233)Berita ini pernah dimuat di Buletin METANOIAC Edisi 70 Tahun 2016