Disisi lain, beberapa fasilitas yang diandalkan mencoba berlomba dengan waktu agar tidak termakan usia. Ibarat bom waktu, belakangan ini muncul banyak keluhan. Menurut KAUR RT, Takko, S. Sos belakangan ini keluhan yang paling banyak sampai padanya kebanyakan merupakan persoalan klasik seperti proyektor LCD, AC, tempat parkir dan air.
“Menurut saya masih banyak sekali fasilitas kampus yang kurang, terutama dalam proses pembelajaran”
“Menurut saya masih banyak sekali fasilitas kampus yang kurang, terutama dalam proses pembelajaran,” ungkap mahasiswa Prodi Teknik Multimedia Jaringan 2014, Danar Suhendra (24/09/16). Keluhan yang umum seperti proyektor LCD yang rusak, adanya kelas yang bertabrakan dalam penggunaan ruangan Gedung Sekolah juga dirasanya cukup menggangu proses pembelajaran.
“Kalau di prodi saya, fasilitas masih kurang,” tutur Danar. Meskipun memaklumi alat praktikum yang yang kurang dikarenakan prodinya memang baru, namun Danar meminta agar hal tersebut bisa lebih diperhatikan lagi. Keluhan lain seperti kartu parkir, tempat parkir, kebersihan WC dan kebersihan kantin juga tidak lepas dari pernyataan Danar.
“Seharusnya sekarang kami masuk, tapi kami tidak dapat ruangan,” ungkap seorang mahasiswa Prodi Teknik Mesin 2015, Yunus saat ditemui beberapa saat setelah ia dan teman kelasnya tidak jadi masuk (03/10/16). Menurut Yunus, seharusnya dia bersama teman kelasnya masuk kuliah, namun karena tidak ada ruangan yang kosong terpaksa proses belajar mengajar ditunda dan dicarikan waktu untuk pergantian.
Hal lain seperti meja di Gedung Sekolah (GS) yang penuh coretan rupanya juga tidak lepas dari perhatian Yunus. “Kalo meja sih cukup, cuman mejanya kotor penuh coretan,” komentar yunus menambahkan keluhannya yang umum dirasakan oleh mahasiswa tentang fasilitas pembelajaran sampai pada lahan parkir.
Keluhan yang dirasakan oleh mahasiswa mengenai prasarana seperti kurangnya lahan parkir sampai pada pengelolaan informasi yang kurang baik pada setiap program studi nyatanya juga dikeluhkan oleh salah seorang dosen, Andi Gunawan, S. Si., M. Kom.
Gunawan kemudian memberikan contoh kasus seperti proyektor LCD yang kadang tidak digunakan dengan semestinya. “Misalnya mahasiswa kalau tidak ada dosennya, LCD digunakan untuk nonton. Dosen juga, kalau tidak tahu pakai, saat mematikan langsung cabut saja (kabel proyektor –red),” tutur dosen komputer yang memiliki nama persis dengan Pembantu Direktur 2 ini.
“Tidak perlu ke dosennya, langsung saja ke teknisi perawatan”
Adapun mengenai sarana pembelajaran seperti komputer yang tidak layak atau rusak ketika tengah berlangsung proses pembelajaran, Andi Gunawan menyarankan agar mestinya ada teknisi yang selalu siap untuk memperbaiki ketika mahasiswa komplain. “Tidak perlu ke dosennya, langsung saja ke teknisi perawatan,” cetus dosen yang juga menduduki jabatan sebagai Ketua P2I UPT PPM .
Sementara Pembantu Direktur 2, Andi Gunawan, S.E., M.Com., Ak. saat ditemui di ruangannya (03/10/16) mencoba mengurai permasalahan satu persatu. Ia memulai dari permasalahan air yang belakangan ini menjadi keluhan, dimana menurutnya murni faktor eksternal dalam hal ini debit air PDAM memang kurang dan sedang ada pekerjaan pipa.
Adapun menurut PD 2 solusi yang coba digalakkan dalam permasalahan kurangnya pasokan air adalah dengan melakukan piket air kepada beberapa staf pada malam hari. Sementara mengenai kurangnya lahan parkir, sebenarnya PD2 telah beberapa kali menghimbau agar lahan kosong depan kantin 2 digunakan sebagai tempat parkir.
“Untuk sementara fokus dulu ke kampus 2, jadi anggaran yang kita punya itu memang istilahnya kita dropping ke sana”
Menanggapi fasilitas penunjang kenyamanan ruang pembelajaran seperti AC, PD 2 meminta kepada civitas akademica yang ada di kampus 1 Tamalanrea untuk bersabar dulu setidaknya untuk tahun ini, sambil berharap tahun depan ada dana untuk melakukan peremajaan AC. “Untuk sementara fokus dulu ke kampus 2, jadi anggaran yang kita punya itu memang istilahnya kita dropping ke sana,” terangnya.
Dari pernyataannya, PD 2 kembali mengingatkan bahwa saat ini PNUP masih dalam pengembangan kampus, jadi sumber daya seperti anggaran atau pendanaan masih banyak diutamakan teralokasi ke kampus 2 Moncongloe. Sehingga ia minta pemakluman dari mahasiswa jika sarana pembelajaran masih kurang.
Hal lain yang juga sempat disinggung oleh mahasiswa adalah persoalan alat-alat praktikum yang terbilang masih baru, namun kenyataannya beberapa alat yang baru tersebut tidaklah lebih tahan dari alat yang sudah ada semenjak PNUP berdiri. Alat-alat penunjang pembelajaran yang terhitung masih baru malah lebih dulu mengalami kerusakan, sehingga ada yang mempertanyakan bagaimana sebenarnya mengenai kebijakan pengadaan.
Menanggapi hal tersebut, PD 2 mengungkapkan yang perlu diantisipasi pada alat-alat yang baru adalah management penggunaan dikarenakan alat-alat yang baru hampir semua instrumen telah bersifat digital sehingga lebih sensitif dan menurutnya rawan mengalami kerusakan.
“Kalau kita berbicara mengenai pengadaannya, hampir semuanya dari negara-negara eropa,” tutur PD2 yang menjelaskan bahwa dalam pengadaan alat praktikum telah dipikirkan matang-matang dan sangat menghindari barang-barang dengan citra kualitas yang kurang baik yang artinya barang-barang yang didatangkan memang sudah merupakan kategori high end.
Andi Gunawan kemudian kembali menekankan agar penggunaan benar-benar sesuai prosedur. Ia sedikit mengkritisi mengenai jumlah pembimbing yang kadang jumlahnya kurang dari yang telah ditetapkan saat praktikum berlangsung, yang menurutnya bisa membuat mahasiswa kurang terarah. “SOP pelaksanaan praktikum memang masih perlu ditingkatkan,” cetusnya. (NC/AA233/Ani06)