![]() |
Surat. Isi Surat Halaman Pertama. [Ist] |
![]() |
Surat. Isi Surat Halaman Kedua. [Ist] |
METANOIAC.id Beberapa minggu yang lalu tepatnya pada hari Kamis (3/10), telah beredar foto surat yang nama pengirimnya tertulis dari
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pemerhati Pendidikan Sulawesi Selatan di
berbagai macam grup WhatsApp
mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP).
![]() |
Amplop. Amplop Surat yang Membungkus Surat Kaleng. [Ist] |
Surat ini ditujukan untuk
Ketua Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HMA) PNUP yang ditemukan oleh Andi Triangga Rahmat secara tiba-tiba di
Sekretariat HMA PNUP. “Jadi, saya temukan itu surat di balik gorden dan di atas kusen jendela dalam kondisi masih tersegel," jelas Triangga.
Surat itu membahas mengenai dugaan pelanggaran
Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (ASN) Tahun 2014 dan Peraturan Menteri
Nomor 8 Tahun 2018 tentang penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi negeri
yang melibatkan direktur atas nama Muhammad Anshar dan Wakil Direktur (WD) 1
Bidang Akademik PNUP atas nama Ahmad Zubair. Pelanggaran tersebut pun telah
diakui sendiri oleh direktur dan WD 1 di hadapan rapat anggota senat bulan Juni
2019.
Pelanggaran pertama, diduga direktur dan WD 1 PNUP memasukkan
puluhan nama-nama calon mahasiswa baru yang tidak memenuhi syarat lulus ujian
dari nomor tes yang dititip oleh mitra atau kolega dan menggantikan calon
mahasiswa baru yang dinyatakan lulus murni, kemudian dilakukanlah pengumuman
melalui website PNUP. Pelanggaran kedua,
diduga direktur “meluluskan” puluhan mahasiswa baru lewat jalur penelusuran
bakat dan prestasi (jalur bebas tes) tanpa sepengetahuan ketua jurusan.
Akibat adanya dugaan pelanggaran tersebut dan demi
mempertahankan idealismenya, ketua jurusan Teknik Kimia atas nama Wahyu dan ketua
jurusan Teknik Mesin atas nama Jamal mengundurkan diri dari jabatannya. Dan seluruh
ketua jurusan PNUP sepakat untuk meminta pertanggungjawaban direktur karena
dianggap telah merusak, mencederai penerimaan mahasiswa baru secara nasional
dan merugikan masyarakat.
Saat ditemui oleh Crew
Metanoiac, Lidemar Halide selaku WD 3 Bidang Kemahasiswaan mengatakan bahwa
kasus tersebut sudah ditindaki oleh pihak inspektorat
secara langsung dan kesimpulan yang didapat diduga ada orang-orang yang tidak suka kepada direktur sehingga ingin mengganggu stabilitas PNUP. “Itu sebenarnya sudah lama, semenjak pengumuman. Jadi
ada yang melapor ke kementerian sehingga pihak inspektorat datang ke sini
(PNUP) dan memeriksa selama 10 hari untuk
mencari tahu semua yang berhubungan tentang kasus tersebut,” jelasnya.
Menurut Lidemar mengenai isi surat tersebut yang membahas
tentang mahasiswa yang “diluluskan” adalah sebuah fitnah dan untuk menyikapi
hal tersebut, direktur sudah menyiapkan tim untuk menyelidiki asal muasal surat
tersebut. “Tidak, fitnah itu (surat yang beredar). Makanya Pak Direktur
sekarang menyiapkan tim komisi disiplin yang baru di PNUP untuk memanggil
orang-orang yang menyebarkan surat tersebut. Itu kan pasti ketahuan siapa yang
bikin dan akan dikenakan sanksi berat karena mengganggu stabilitas PNUP dengan
mengajak mahasiswa untuk bergerak,” jelas Lidemar.
“Jadi mengenai puluhan mahasiswa yang masuk secara ilegal
itu salah, apalagi puluhan mahasiswa yang diluluskan lewat jalur Penelusuran Minat
dan Kemampuan (PMDK), itu nonsense.
Mana buktinya? Kasih liat (kalau ada). Tapi dengan bahasanya (penulis surat),
kayak seolah-olah dia tahu semuanya. Suruh datang menghadap, bila perlu depan
hukum supaya bisa diketahui siapa yang provokasi,“ tambah Lidemar.
Dari keterangan yang diberikan oleh Lidemar, pelaku yang
diduga merupakan provokator dari kasus ini dan penulis surat tersebut
sudah diketahui identitasnya, hanya saja tidak perlu dipublikasikan
nama-namanya. “Kalau mau diklarifikasi, bisa saja itu kebalikan dari yang
dinyatakan di situ (surat). Masa kita mau buka lagi aib dosen yang ditulis di situ?
Tentu kita tidak mau. Sebenarnya saya tau orangnya siapa, tinggal dijemput,”
jelas Lidemar.
Berdasarkan isi surat tersebut, dosen-dosen yang
disebutkan namanya antara lain dua ketua jurusan yang mengundurkan diri. Namun
sampai saat ini, mengenai kebenaran atas alasan pengunduran diri dua ketua
jurusan tersebut masih belum menemukan titik terang. Pasalnya, kedua ketua
jurusan yang mengundurkan diri menunjukkan sikap bahwa tidak ingin diwawancarai
oleh Crew Metanoiac.
Lain halnya
dengan mantan ketua jurusan Teknik Mesin dan sekretaris senat yang tidak
merespon tawaran wawancara dari Crew
Metanoiac, mantan ketua jurusan Teknik Kimia justru dengan jelas mengungkapkan
bahwa beliau tidak ingin diwawancarai. “Tidak, saya tidak ingin membahas lagi
soal itu, tidak baik jadi polemik lagi,” jelas Wahyu.
Selain alasan pengunduran diri dua ketua jurusan di atas yang
belum jelas kebenarannya, surat kaleng tersebut juga masih diragukan
keasliannya. Karena bukan hanya tidak memiliki kop surat, tapi surat kaleng yang
ditulis pada tanggal 10 September 2019 itu juga tidak ditanda tangani oleh penulisnya. [FK/280]
0 komentar:
Posting Komentar